Keislaman Beterbiev bukan sekadar identitas, melainkan jalan hidup. Setiap kali berbicara tentang agama, senantiasa ada ketulusan terlihat. Ketika menjalankan ibadah haji, ia mengaku merasa sangat damai dan bersyukur. “Haji adalah momen ketika saya merasa sangat dekat dengan Allah. Itu mengingatkan saya bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sementara,” kata Beterbiev.
Nama Artur Beterbiev memang terkesan lambat mencuri perhatian dunia tinju. Tapi siapa pun akan terpana melihat rekornya sebelum pertandingan terakhir yang “hanya” memenangkan majority decisions 116-112, 115-113 dan 114-114.atas (mantan) rekan senegaranya, Dmitry Bivol. Saat itu rekornya 100 persen KO!
Dengan–sekali lagi—“cuma” membuat wajah Bivol babak belur bin benjut itu pun Beterbiev masih membukukan rekor “menyala”, 95,24 persen KO dari 21 pertarungan profesional yang telah dijalaninya. Alhasil, kini Beterbiev memegang gelar juara dunia kelas Berat Ringan di empat badan tinju dunia, yakni IBF World Light Heavy, IBO World Light Heavy, WBC World Light Heavy dan WBO World Light Heavy. Kabar terakhir, pada 22 Februari 2025 nanti keduanya akan kembali bertarung dalam pertarungan rematch.
Namun berbeda dengan mesin KO lain, Mike Tyson, yang berangasan, penampilan Beterbiev jauh dari kesan sangar. Mencermati beberapa wawancara pendeknya di kanal YouTube, orang wajar menyimpulkan justru ia seorang pemalu. Ironis sebenarnya: pemalu yang paling ditakuti di jagat tinju era modern. Di balik kekuatan brutal dan dominasi tak terbantahkan di atas ring, ada sisi lain yang jarang terungkap: kedalaman religiusitasnya, kedekatannya dengan tanah kelahirannya, Chechnya, serta gaya hidup yang jauh dari hingar-bingar kemewahan.
Salat sebagai Kunci Prestasi
Lahir pada 21 Januari 1985 di Grozny, Chechnya, Beterbiev tumbuh dalam lingkungan yang keras. Masa kecilnya bertepatan dengan konflik besar yang mengguncang Chechnya, memaksa keluarganya untuk bertahan hidup di tengah kekacauan. Meski demikian, nilai-nilai agama Islam yang kuat selalu menjadi fondasi kehidupan keluarganya.
Sebagai seorang Muslim taat, Beterbiev tidak pernah melupakan ajaran-ajaran agama yang ditanamkan sejak kecil. “Islam memberi saya kedamaian dan disiplin,” ujar Beterbiev dalam sebuah wawancara. Ia kerap terlihat menjalankan ibadah, bahkan di tengah jadwal latihannya yang padat. Salah satu momen paling mengharukan dalam hidupnya adalah ketika ia menjalankan ibadah haji dan umrah, sebuah pengalaman yang ia sebut sebagai perjalanan spiritual paling bermakna.
Sikap rendah hati pun ia tunjukkan menjawab pertanyaan wartawan tentang rekor 100 persen KO-nya saat itu. Menurut Beterbiev, tak pernah ada tekanan di jiwanya untuk selalu memenangkan pertarungan dengan KO. “Kemenangan adalah kemenangan. Saya tidak bertarung untuk statistik, tetapi untuk menjadi yang terbaik,” ujarnya setelah pertandingan. Frase “menjadi yang terbaik” pun tak akan terdengar pongah, sebab ia selalu konsisten menjawab pertanyaan wartawan soal “Apa target Anda?” dengan “Saya ingin menjadi petinju yang baik…”.
Dalam beberapa kesempatan, Beterbiev menekankan pentingnya menjalankan salat lima waktu meskipun ia sedang dalam kamp latihan. Ia percaya bahwa kedisiplinan yang ditanamkan melalui ibadah turut membantunya menjadi petinju yang fokus dan tangguh. “Tinju dan agama memiliki kesamaan dalam hal kedisiplinan. Anda harus menjaga diri Anda dalam keduanya,” katanya
Karier profesional Beterbiev dimulai pada 2013. Itu setelah ia meninggalkan dunia tinju amatir usai mencetak kesuksesan dengan raihan dua medali emas Kejuaraan Dunia Tinju Amatir. Di ranah profesional, ia langsung mencuri perhatian dengan gaya bertarungnya yang agresif, teknik luar biasa, dan kekuatan pukulan yang mematikan.
Ikatan Kuat dengan Chechnya dan Kehiduoan ber-Islam
Sebagai putra asli Chechnya, Beterbiev selalu menunjukkan kebanggaannya terhadap tanah kelahirannya itu. Meski telah menjadi warga Kanada, ia sering kembali ke Chechnya untuk bertemu dengan komunitas lokal dan memberikan motivasi kepada generasi muda. Dukungan penuh dari pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, juga sering terlihat, meski karena kontroversialnya Kadyrov, tak urung Beterbiev pun sering kecipratan kontroversi.
Keislaman Beterbiev bukan sekadar identitas, melainkan jalan hidup. Setiap kali berbicara tentang agama, senantiasa ada ketulusan terlihat. Ketika menjalankan ibadah haji, ia mengaku merasa sangat damai dan bersyukur. “Haji adalah momen ketika saya merasa sangat dekat dengan Allah. Itu mengingatkan saya bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sementara,” kata Beterbiev.
Selain haji, Beterbiev juga dikenal sering menjalankan ibadah umrah. Ketika berada di Mekkah, ia terlihat begitu khusyuk, bahkan terasa seolah hendak meninggalkan karier tinjunya. “Di sana saya merasa kecil di hadapan kebesaran Allah,” katanya dalam wawancara lain.
Berbeda dengan banyak petinju juara dunia lainnya yang hidup dalam kemewahan, Beterbiev memilih gaya hidup sederhana. Ia tidak memiliki kebiasaan memamerkan mobil mewah atau rumah besar di media sosial. Fokusnya adalah keluarga dan pengembangan diri. Banyak rekan dan pelatihnya memuji sikap rendah hati Beterbiev, yang tetap membumi meski berada di puncak dunia tinju.
“Dia adalah orang yang sangat sederhana. Ketika tidak bertanding, ia lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarganya atau membaca,” ujar Marc Ramsay, pelatihnya.
Tukang Gocoh yang Family Man
Beterbiev adalah ayah dari empat anak, dan dikenal sebagai figur keluarga yang sangat dekat dengan anak-anaknya. Meski sibuk dengan kariernya, ia selalu menyempatkan waktu untuk bermain dan mengajarkan nilai-nilai agama kepada mereka. “Saya ingin anak-anak saya memahami pentingnya kerja keras dan iman,” katanya.
Istrinya, Camila, memainkan peran besar dalam mendukung kariernya. Camila dikenal sebagai sosok yang menjaga keseimbangan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Camila sering menemani Beterbiev dalam perjalanan internasionalnya dan memastikan bahwa ia tetap fokus pada tujuannya. “Tanpa dukungan istri saya, saya tidak akan bisa mencapai semua ini,” ujar Beterbiev dengan penuh rasa syukur.
Camila, menurut beberapa laporan, juga memiliki latar belakang pendidikan yang baik, membantu menjaga lingkungan rumah tangga yang seimbang antara tuntutan karier suaminya dan kehidupan keluarga. “Kami adalah tim,” ujar Beterbiev saat berbicara tentang keluarganya.
Selain kekuatannya yang luar biasa, Beterbiev dikenal sebagai petinju yang cerdas. Ia selalu mempelajari lawannya dengan sangat detail, mencari celah-celah yang dapat dimanfaatkan. Pendekatan intelektual ini sering membuat lawan-lawannya kebingungan di atas ring.
Di luar tinju, Beterbiev juga dikenal memiliki minat pada berbagai topik, termasuk sejarah dan filsafat. Dalam beberapa wawancara, ia sering mengutip ajaran-ajaran Islam dan filsuf klasik untuk menjelaskan pandangannya tentang kehidupan. “Tinju bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga tentang memahami lawan, strategi, dan bahkan memahami diri sendiri,” ujarnya.
Sebagai seorang petinju profesional yang membawa bendera Rusia, hubungan Beterbiev dengan pemerintah Rusia selalu menjadi sorotan. Beterbiev memiliki hubungan yang baik dengan Presiden Vladimir Putin, meski lebih sering diidentifikasi sebagai simbol kebanggaan Chechnya. Pemerintah Rusia sering memanfaatkan keberhasilan Beterbiev untuk meningkatkan citra negara, terutama dalam dunia olahraga.
Namun, hubungan ini tidak selalu tanpa kontroversi. Ketika pertarungannya dengan Bivol yang warga negara Rusia mulai jadi desas-desus, banyak spekulasi bahwa pemerintah Rusia akan mendukung salah satu pihak. Meski begitu, Beterbiev selalu menekankan bahwa ia hanya fokus pada pertarungan dan tidak ingin terlibat dalam politik.
Februari nanti, pada usia 40 tahun, Beterbiev akan kembali bertarung dengan Bivol, menyusul kekecewaan sementara pihak atas kekalahan Bivol, meski jelas keputusannya majority decisions, alias hampir kemenangan mutlak, bukan split. Pada usia itu, wajar ada pihak yang mulai mempertanyakan kemampuan Beterbiev. Apa pun itu, kita hanya bisa menunggu bagaimana Beterbiev menjawabnya di hari pertarungan itu.