Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan awalnya mengira pekerjaan wakil menteri cukup simpel. Namun, ia tidak menduga beban kerja KemenPPPA terbilang berat.
Hal itu dia sampaikan di dalam acara Empowerment Talk ‘Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya: Menuju Indonesia Emas’ yang diselenggarakan oleh PKB di hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).
“Saya pikir waktu masuk ke pemberdayaan perempuan pasti urusannya memberdayakan, mengajak stakeholder, ngajak NGO untuk bekerja sama melatih lagi nih. Enggak tahunya pas masuk 2 minggu, stres Bu,” kata Vero.
Vero menyebutkan, di KemenPPPA banyak sekali lapor-laporan perihal pelecehan seksual, kekerasan terhadap anak, KDRT dan lain sebagainya. Belum lagi beberapa kasus besar yang melibatkan anak dan perempuan belakangan ini.
“Jadi setelah kita menggali semua itu kami berpikir permasalahan kita sebenarnya apa sih? Itu karena perempuan-perempuan tidak berani speak up, perempuan tidak berani berbuat apapun, perempuan yang tidak teredukasi, begitu punya anak jadi terbebani,” ujar Vero.
Vero mengatakan perempuan tidak berani melawan tindakan kekerasan dan lain sebagainya karena takut tidak ada pegangan hidup jika berani bersuara. Di saat yang bersamaan, anak juga terbebani dengan kondisi terdampak masalah kekerasan.
“Nah dari situ kami semua berpikir ujung tombak dari semua hal kenapa kita bisa begitu karena perempuan itu ekonominya enggak ada. Sehingga mereka itu harus bergantung, bergantung suami lah, atau apa,” kata dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan harus adanya pemberdayaan dari segi ekonomi untuk mengantisipasi kekerasan terhadap perempuan.
“Kalau ekonomi perempuan ada, berdaya dia mandiri sendiri saya yakin dia akan berani speak up, esspecially kalau kita sudah berdayakan perempuan kita enggak usah pusing sama anak sih,” ujarnya.