Polemik sinar matahari memicu migrasi Bisphenol A (BPA), bahan kimia yang membahayakan kesehatan di galon guna ulang, akhirnya terjawab. Kontroversi ini berdampak kepada bisnis air minum dalam kemasan atau AMDK.
Pakar teknologi plastik jebolan University of Applied Science Darmstadt di Jerman, Oka Tan memastikan, tidak ada yang keliru dengan cara distribusi galon polikarbonat atau guna ulang di Indonesia. “Meski terkena sinar matahari, namun hal itu tidak akan membuat migrasi Bisphenol A (BPA),” papar Oka, Jakarta, Sabtu (14/12/2024).
Ahli polimer ini, menjelaskan, migrasi BPA dari galon yang kuat polikarbonat ke air, terjadi jika kemasan (galon guna ulang) terkena panas mulai 70 derajat celcius. Artinya, meski galon di distribusikan di siang hari, migrasi BPA tidak akan terjadi apabila suhu tidak mencapai 70 derajat.
“Kecuali nanti suhu kita di dunia pada siang hari, sudah mencapai 70 derajat. Nah sekarang kan belum. Sampai saat ini, suhu di Indonesia cuma 40 derajat, itu sudah maksimum,” kata Oka.
Dia tidak memungkiri, migrasi BPA dapat terjadi, tapi syaratnya ya itu tadi. Perlu suhu minmal 70 derajat celcius. Namun, penggunaan galon polikarbonat telah melalui serangkaian tes termasuk pemanasan untuk menguji ketahanan dan keamanan kemasan pangan tersebut. “Tapi dalam suhu yang tertentu di bawah 70 derajat celcius semestinya sih aman,” kata Oka.
Sejatinya, kata Oka, migrasi BPA tidak hanya karena terpapar panas minimal 70 derajat celcius saja. Bisa terjadi jika ada benturan atau gesekan keras yang menyebabkan kerusakan di kemasan pangan. Sehingga memicu keluarnya BPA.
“Tapi kembali lagi saya rasa dalam pendistribusiannya galon-galon ini sudah tidak ditumpuk dan dia sendiri-sendiri (disusun teratur) sudah sesuai aturan sehingga gesekannya sangat minimal,” katanya.
Oka mengungkapkan, negara dengan iklim tropis, sebenarnya lebih cocok menggunakan galon kuat polikarbonat, atau guna ulang ketimbang Polyethylene Terephthalate (PET) yang akrab disebut galon sekali pakai. Mengingat, polikarbonat memiliki ketahanan yang lebih baik ketimbang PET.
Sebelumnya, perdebatan soal migrasi BPA dari galon ke dalam air, cukup ramai. Sistem distribusi galon pun menjadi disorot karena dilakukan menggunakan truk terbuka yang terpapar matahari langsung. Dikhawatirkan memicu migrasi BPA.
Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB), tidak menemukan adanya migrasi BPA dari galon kuat polikarbonat ke air minum.
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Akhmad Zainal Abidin menjelaskan bahwa penelitian dilakukan untuk menguji keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan galon PC.
“Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji,” kata Akhmad Zainal.
Studi tersebut berfokus untuk mendeteksi peluruhan atau migrasi BPA dari kemasan galon kuat berbahan polikarbonat ke dalam air minum terhadap empat sampel dari merek AMDK terpopuler. Temuan tersebut membuktikan bahwa air galon kuat PC masih sangat aman untuk dikonsumsi.