Politik dalam negeri Korea Selatan tengah menjadi sorotan dunia sejak Presiden Yoon Suk-yeol menerapkan darurat militer pada 3 Desember lalu.
Hal menimbulkan penolakan dari parlemen negara itu, Majelis Nasional, yang menentang perintah darurat militer itu setelah enam jam diterapkan. Penolakan ini pun membawa nasib Yoon sebagai Presiden Korsel, di mana parlemen berupaya untuk menggulingkannya.
Pada 7 Desember, parlemen telah menggelar pemungutan suara untuk menggulingkan Yoon. Namun, upaya pemakzulan itu gagal setelah pemungutan suara tidak memenuhi kuorum karena politisi partai Yoon, Partai Kekuatan Rakyat (PPP), memutuskan untuk walk out dari ruang sidang.
Pada Sabtu lalu, 14 Desember 2024, Majelis Nasional kembali menggelar pemungutan suara dalam upaya memakzulkan Yoon. Kali ini upaya tersebut berhasil dengan 204 anggota palemen memilih untuk memakzulkan Yoon atas tuduhan pemberontakan, sementara 85 memilih menolak.
Langkah ini telah mewarnai jalan panjang politik Negeri Ginseng. Tercatat, sejumlah presiden negara itu seringkali menemui kondisi sulit, dengan ada yang ditahan setelah memimpin, dikudeta, hingga melakukan bunuh diri.
Berikut daftarnya sebagaimana dirangkum dari AFP:
Park Geun-hye
Pada Desember 2016, Park Geun-hye, presiden sejak 2013, dimakzulkan oleh parlemen dalam sebuah keputusan yang dikonfirmasi pada Maret 2017 oleh Mahkamah Konstitusi, yang menyebabkan dakwaan dan pemenjaraannya.
Putri dari mantan diktator Park Chung Hee ini adalah presiden wanita pertama Korsel dan telah menampilkan dirinya sebagai orang yang tidak korup. Namun, ia dituduh menerima atau meminta puluhan juta dolar dari konglomerat, termasuk Samsung.
Tuduhan tambahan termasuk berbagi dokumen rahasia. Ia juga tercatat menempatkan artis yang kritis terhadap kebijakannya dalam ‘daftar hitam’, dan memecat pejabat yang menentangnya.
Park dijatuhi hukuman 20 tahun penjara pada tahun 2021 dan denda yang besar. Namun pada akhir tahun itu, ia diampuni oleh penggantinya, Moon Jae-in.
Yoon, presiden saat ini, adalah seorang jaksa Seoul pada saat itu dan memainkan peran penting dalam pemecatan dan penahanannya selanjutnya.
Lee Myung-bak
Berkuasa dari tahun 2008 hingga 2013, Lee Myung-bak dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada Oktober 2018 karena korupsi.
Yang paling menonjol, ia dinyatakan bersalah menerima suap dari Samsung sebagai imbalan atas bantuan kepada ketua konglomerat itu saat itu, Lee Kun-hee, yang telah dihukum karena penggelapan pajak.
Mantan pemimpin itu diampuni oleh Presiden Yoon pada Desember 2022.
Roo Moo-hyun
Roo Moo-hyun memimpin dari tahun 2003 hingga 2008. Pendukung kuat perbaikan hubungan dengan Korea Utara ini bunuh diri dengan melompat dari tebing pada Mei 2009.
Ia mendapati dirinya menjadi target penyelidikan atas pembayaran oleh seorang produsen sepatu kaya sebesar US$1 juta kepada istrinya dan US$5 juta kepada suami salah seorang keponakannya.
Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo
Chun Doo-hwan dikenal sebagai ‘Penjagal Gwangju’ karena memerintahkan pasukan militer untuk menghentikan pemberontakan terhadap kekuasaannya di kota barat daya Gwangju.
Ia mengundurkan diri pada tahun 1987 dalam menghadapi demonstrasi massa dan menyerahkan kekuasaan kepada anak didiknya Roh Tae-woo.
Roh dan Chun telah dekat selama beberapa dekade, pertama kali bertemu sebagai teman sekelas di akademi militer selama Perang Korea.
Pada tahun 1996, kedua pria itu dihukum karena pengkhianatan atas kudeta tahun 1979 yang membawa Chun ke tampuk kekuasaan, pemberontakan Gwangju tahun 1980, korupsi, dan pelanggaran lainnya.
Roh dijatuhi hukuman 22,5 tahun penjara, yang dikurangi menjadi 17 tahun. Sementara Chun dijatuhi hukuman mati, hukuman yang diringankan menjadi penjara seumur hidup.
Mereka kemudian diberi amnesti pada tahun 1998 setelah hanya menghabiskan dua tahun di balik jeruji besi.
Park Chung-hee
Park Chung-hee dibunuh pada Oktober 1979 oleh kepala mata-matanya sendiri saat makan malam pribadi. Peristiwa malam itu telah lama menjadi subjek perdebatan sengit di Korsel, khususnya mengenai apakah pembunuhan itu direncanakan sebelumnya.
Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo, yang saat itu menjabat sebagai jenderal angkatan darat, memanfaatkan kekacauan politik untuk melancarkan kudeta pada Desember 1979.
Yun Po-sun
Presiden Yun Po-sun digulingkan pada tahun 1961 dalam kudeta yang dipimpin oleh perwira angkatan darat Park Chung-hee.
Park mempertahankan jabatan Yun tetapi secara efektif mengambil alih kendali pemerintahan. Park kemudian menggantikannya setelah memenangkan pemilihan umum pada tahun 1963.
Syngman Rhee
Presiden pertama Korsel, Syngman Rhee, yang terpilih pada tahun 1948, dipaksa mengundurkan diri oleh pemberontakan yang dipimpin mahasiswa pada tahun 1960.
Pemberontakan terjadi setelah ia berupaya memperpanjang masa jabatannya melalui pemilihan umum yang curang.
Rhee dipaksa mengasingkan diri di Hawaii, tempat ia meninggal pada tahun 1965.