Sejarah terkadang berulang dalam siklus waktu yang panjang. Pada saat SBY pertama kali diangkat menjadi Presiden pada 2004, pengaruhnya langsung terasa pada teman-temannya sekelas di Akmil 1973, dan seiring dengan itu, hampir seluruh jajaran pemimpin TNI diisi oleh alumnus Akabri 1973, baik Panglima TNI, KSAU, KSAL, maupun Kapolri. Kini, dua dekade setelahnya, giliran Akmil 1993 yang mulai menunjukkan eksistensinya, dan beberapa perwira tinggi dari angkatan ini tengah menuju jabatan puncak, seperti halnya posisi KSAD yang semakin mengemuka.
Dalam daftar mutasi TNI terbaru pada 6 Desember 2024, salah satu bintang yang mencuat adalah Letjen TNI M Fadjar, yang akan menjabat sebagai Pangkostrad. Seperti tradisi yang berlaku, Pangkostrad sering kali dipandang sebagai posisi yang paling potensial untuk mengisi jabatan KSAD berikutnya. Artinya, Letjen Fadjar berpeluang besar untuk menggantikan posisi KSAD yang kini masih dijabat oleh Jenderal Agus Subiyanto.
Beberapa bulan sebelumnya, nama Letjen TNI Tandyo Budi Revita, yang saat ini menjabat sebagai Wakil KSAD, sempat digadang-gadang sebagai calon KSAD berikutnya. Namun dengan munculnya nama Fadjar, Tandyo kini bukan lagi satu-satunya kandidat. Bahkan, dari Akmil 1993, muncul lagi satu nama yang patut diperhitungkan, yaitu Letjen Bambang Trisnohadi, lulusan terbaik Akmil 1993 yang kini menjabat sebagai Pangkogabwilhan III.
Jika kita mengingat tradisi, Pangkostrad yang sedang menjabat biasanya memiliki peluang terbesar untuk menduduki kursi KSAD. Namun, Prabowo Subianto, yang dikenal dengan pemikirannya yang “out of the box”, mungkin memiliki pandangan berbeda. Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo memiliki kebebasan dalam memilih KSAD, dan dia mungkin mempertimbangkan nama-nama dari luar tradisi seperti Pangkogabwilhan, seperti Bambang Trisnohadi, yang memiliki posisi strategis dengan jangkauan operasi internasional.
Sentuhan Midas Prabowo
Prabowo tampaknya memang memiliki perhatian khusus terhadap Akmil 1993, terutama yang bergabung dengan Korps Baret Merah. Keterkaitan ini bisa dilihat dari masa lalu Prabowo di Kopassus, saat ia memimpin pendidikan dan pelatihan pasukan khusus, dan bagaimana ia menyeleksi perwira muda dari Akmil 1993 untuk mengikuti Pendidikan Komando. Kedekatan ini memperlihatkan pengaruh besar Prabowo terhadap kelulusan Akmil 1993.
Dua nama besar dari Akmil 1993 yang kerap disebut-sebut dalam percakapan mengenai calon KSAD adalah Letjen Bambang Trisnohadi dan Letjen M Fadjar. Keduanya telah lama berkarir di bawah Prabowo, termasuk ketika mereka berdua menjabat sebagai Dirjen di Kementerian Pertahanan di bawah kepemimpinan Prabowo. Selain itu, nama Letjen Rui Fernando Guedes Palmeiras Duarte, yang baru saja diangkat sebagai Irjen Kemenhan, juga menunjukkan betapa dekatnya hubungan perwira-perwira Akmil 1993 dengan Prabowo.
Namun, tidak semua perwira Akmil 1993 terlihat dekat dengan Prabowo. Beberapa perwira dari angkatan yang sama, seperti Letjen Widi Prasetijono dan Letjen M Hasan, tampaknya lebih dekat dengan Presiden Joko Widodo. Dalam mutasi terbaru, Widi dipindahkan menjadi dosen tetap di Unhan, sebuah posisi yang tak strategis, sementara M Hasan dipindahkan ke posisi Komandan Kodiklat AD.
Antara Pangkostrad dan Pangkogabwilhan
Perebutan posisi KSAD selalu menarik perhatian karena biasanya terkait dengan tradisi bahwa Pangkostrad lebih diutamakan dalam pemilihan KSAD. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, ada banyak dinamika yang menunjukkan bahwa posisi Wakil KSAD pun tidak bisa dianggap remeh dalam perebutan kursi tersebut. Sebagai contoh, pengangkatan Jenderal Hartono (Akmil 1962) sebagai KSAD pada 1995 yang sebelumnya bukan Wakil KSAD, melainkan Kepala Staf Sosial Politik ABRI, mematahkan anggapan bahwa Wakil KSAD adalah calon otomatis.
Meski Pangkostrad lebih mendominasi dalam 15 tahun terakhir, tidak menutup kemungkinan bagi perwira dari Pangkogabwilhan atau posisi lainnya untuk dipromosikan sebagai KSAD. Nama-nama dari Akmil 1993, seperti Bambang Trisnohadi dan Fadjar, tentu saja memberi warna baru dalam persaingan ini, apalagi dengan posisi strategis yang mereka pegang di Pangkogabwilhan.
Prabowo dan Alih Generasi
Bagi Prabowo, prinsip alih generasi menjadi salah satu hal penting dalam memilih pemimpin berikutnya, termasuk dalam hal ini calon KSAD. Prabowo seolah mengikuti jejaknya yang selalu menjadi lokomotif bagi angkatan dan rekan sekelasnya di militer. Jika kita melihat pola ini, maka bisa jadi generasi lebih muda dari Akmil 1993, seperti Fadjar dan Bambang, akan lebih diperhitungkan dalam perebutan kursi KSAD, selain tentu saja mempertimbangkan track record dan hubungan mereka dengan Presiden.
Prabowo tampaknya sudah menyiapkan kader-kader muda dari Akmil 1993 untuk memimpin di masa depan, dan apakah Fadjar atau Bambang yang akan memimpin TNI sebagai KSAD selanjutnya, hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Akmil 1993 kini menjadi “the rising star” yang tak bisa diabaikan dalam politik militer Indonesia.
Kesimpulan
Saat ini, Akmil 1993 tengah berada di puncak karier mereka, dengan beberapa nama yang semakin mengemuka sebagai calon KSAD berikutnya. Dalam perebutan posisi strategis ini, tradisi yang ada mungkin akan digeser oleh pemikiran “out of the box” dari Prabowo yang lebih mengutamakan kemampuan dan kontribusi para perwira, bukan sekadar senioritas. Akmil 1993, dengan nama-nama seperti Fadjar, Bambang Trisnohadi, dan Rui Fernando, kini menjadi kekuatan baru yang siap mengisi posisi-posisi penting dalam jajaran TNI dan pemerintahan Indonesia.