Paruh Pertama 2025, Dompet Rakyat Masih Boncos, Bos LPS Beberkan Sejumlah Buktinya


Paruh pertama 2025, daya beli masyarakat diperkirakan masih terkulai. Penghasilan masyarakat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak ada sisa uang untuk menabung. Yang ada duit di tabungan ditarik terus.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, daya beli masyarakat masih rendah hingga semester I-2025. Hal itu bakal tercermin dari besaran Dana Pihak Ketiga (DPK) atau tabungan di bank yang diperkirakan melambat.

“Kami masih memperkirakan ini sementara, dan ekonomi baru akan recover di triwulan III dan IV karena program pemerintah mulai berjalan. Kami prediksi di semester II akan lebih sehat, dan daya beli akan lebih baik,” kata Purbaya, dikutip Jumat (24/1/2025).

Dia menjelaskan, pertumbuhan DPK sangat bergantung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pada pertengahan 2024, DPK mampu tumbuh ke angka 9 persen secara tahunan alias year on year (yoy). Namun, setelah itu pergerakannya justru anjlok hingga akhir 2024. Pertumbuhan DPK tersisa 4,21 persen.

LPS memperkirakan, pertumbuhan DPK berada di kisaran 6-7 persen. Di mana, realisasi pertumbuhan DPK 2024, tumbuh terbatas ketimbang 2023 yang mencapai 3,73 persen.

“Ini bergantung pada perkembangan perekonomian. Kalau kami prediksi, dengan ekonomi tumbuh 5,1 persen, harusnya tabungan kelas menengah tumbuh dengan laju yang cukup baik. Hitungan kami, balik normal 6 persen. Ketika ekonomi baik yang paling menikmati itu adalah kelas menengah,” tandas Purbaya.

Jika melihat data LPS, pertumbuhan tabungan di bawah Rp100 juta mengalami perlambatan sepanjang 2024. Per Maret 2024, DPK tumbuh 7,5 persen (yoy), namun melambat pada Juni ke level 4,5 persen yoy). Sementara per September 2024, DPK tumbuh 5,3 persen (yoy), kemudian melambat 5,1 persen pada Desember 2024.

Sejumlah bankir membenarkan data bos LPS itu. “Kita cukup flat (pertumbuhan tabungan menengah Bawah). Jadi kurang lebih kita enggak growth untuk tahun lalu, karena tadi komposisi degradasi yang sebenarnya saya bahas. Kalau tahun 2025 kami cukup optimis bisa tumbuh,” ungkap Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret.

Sementara itu, Direksi SME and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Muhammad Iqbal pun sependapat, simpanan kelas menengah bawah hanya tumbuh mini. 
“Hingga 22 Januari 2025, jumlah simpanan tabungan dan deposito untuk nasabah di bawah Rp100 juta masih tetap terjaga di BTN bahkan jika dilihat dari jumlah rekening mengalami peningkatan sebesar 0,5 persen,” ungkapnya.

Untuk 2025, BTN menargetkan pertumbuhan DPK Ritel sebesar 18,53 persen dari posisi akhir tahun 2024. Pertumbuhan ini masih ditopang dari tabungan sebesar 55 persen.

Di sisi lain, Iqbal menyebut jika dibandingkan 2023, tren simpanan di bawah Rp100 juta baik untuk tabungan maupun deposito mengalami pertumbuhan di kisaran 3 persen dan pertumbuhan rekening sebesar 34 persen.