Ibarat Senjata Makan Tuan, Perang Gaza Bikin Ekonomi Israel Makin Terpuruk


Perekonomian Israel dilaporkan semakin terpuruk setelah mengobarkan perang di Jalur Gaza yang kemudian meluas ke Lebanon. Situasi ini terlihat dalam laporan Arab Center Washington DC.

Seperti dikutip Selasa (4/2/2025), laporan tersebut mengatakan Israel memasuki perang dengan situasi ekonomi yang tidak stabil akibat keretakan politik dalam masyarakat Israel tahun lalu. Ini juga didukung oleh kemerosotan ekonomi global, dan harga, inflasi, dan suku bunga yang tinggi.

Biaya dan kerugian ekonomi dan finansial akibat perang terdiri dari biaya langsung operasi militer serta kerugian tidak langsung yang berlangsung dalam jangka menengah dan panjang. Salah satu biaya paling langsung dari perang di Gaza adalah penarikan sekitar 300 ribu tentara cadangan pada awal perang.

“Hal ini berarti pemerintah Israel akan menanggung biaya wajib militer, dan ekonomi Israel akan menanggung biaya produksi karena ketidakhadiran mereka dalam angkatan kerja,” demikian keterangan laporan tersebut.

Menurut Kementerian Keuangan Israel, biaya langsung ke kas negara untuk satu hari bagi 100 ribu prajurit cadangan adalah sekitar 70 juta shekel dalam bentuk gaji.

Angka ini belum final, karena masih ada biaya tambahan yang terkait dengan tempat tinggal dan makanan prajurit-prajurit ini. Sehingga angkanya mendekati 100 juta shekel per hari.

Ada juga biaya tidak langsung yang tercermin dalam hilangnya hasil produksi, yang juga diperkirakan sebesar 100 juta shekel per hari.

Melihat data di atas, perkiraan total biaya langsung adalah sekitar 200 juta shekel atau Rp1,1 miliar per hari.

Menurut Kementerian Keuangan Israel, biaya perang setiap hari, dalam bentuk peralatan, amunisi, dan prajurit cadangan, adalah 1 miliar shekel.

“Bank Israel dan Kementerian Keuangan memperkirakan biaya finansial perang di Gaza, hingga Mei 2024, mencapai 250 miliar shekel, yang mencakup biaya militer dan kerugian finansial langsung dan tidak langsung akibat perang. Ada juga perkiraan bahwa biaya perang setelah meluas ke Lebanon mencapai 300 miliar shekel,” kata laporan tersebut.

Selain biaya langsung perang, Israel juga mengalami lonjakan anggaran pertahanan.

Anggaran Kementerian Pertahanan tahun 2023 sebelum pecahnya perang berjumlah sekitar 60 miliar shekel. Untuk tahun 2024, jumlahnya sekitar 99 miliar shekel, setelah memperhitungkan peningkatan.

“Pemerintah diharapkan mengalokasikan tambahan 20-30 miliar shekel setiap tahunnya untuk anggaran keamanan di tahun-tahun mendatang, dan anggaran kementerian untuk tahun 2025 diharapkan sekitar 118 miliar shekel, hampir dua kali lipat anggaran tahun 2023,” ungkap laporan tersebut.

Laporan itu melanjutkan, salah satu dampak negatif paling signifikan dari perang di Gaza adalah penurunan pertumbuhan ekonomi Israel. Sejak awal perang, dan khususnya dalam dua bulan pertama, telah terjadi penurunan konsumsi, produksi, dan investasi, serta gangguan total terhadap ekonomi di wilayah selatan dan, sebagian, di wilayah utara negara tersebut.

Menurut data terbaru dari Biro Statistik Pusat Israel, terjadi penurunan PDB di negara itu sebesar 1,4 persen pada kuartal II tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023.

Sedangkan untuk PDB bisnis, terjadi penurunan serius sebesar 4,8 persen pada kuartal II tahun 2024, yang berarti ekonomi memasuki resesi.

Sementara volume ekspor Israel juga menurun sebesar 8,1 persen, impor barang dan jasa anjlok 9,8 persen, dan investasi real estat melambat sebesar 16,9 persen.