Kritik Pedas Komisi XIII DPR: Terlalu Banyak Mafia Wasit di Tubuh PSSI


Anggota Komisi XIII DPR RI, Arisal Aziz, melontarkan kritik tajam terhadap Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), khususnya terkait kinerja wasit dalam kompetisi sepak bola nasional. Arisal menilai terlalu banyak mafia wasit yang masih bercokol di tubuh federasi dan mendesak agar segera dilakukan perbaikan.

“Yang harus dibenahi oleh PSSI pertama kali adalah wasit, Pak Menpora. Wasit harus dibenahi karena terlalu banyak mafia-mafia wasit di tubuh PSSI,” tegas Arisal dalam rapat bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo dan PSSI, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2025).

Pernyataan yang disampaikan Arisal bukan tanpa alasan, sebab dia merupakan pemilik klub bola asal Sumatera Barat, Josal FC, yang sempat menjuarai Piala Soeratin Nasional U-15 2024. Ia menegaskan, kepemimpinan wasit yang buruk dapat mempengaruhi semangat para pemain muda. Jika permainan dikendalikan oleh wasit yang tidak adil, maka anak muda yang bercita-cita menjadi pesepak bola profesional bisa kehilangan motivasi.

“Jadi harapan saya sebagai warga negara Indonesia dan sebagai anggota DPR RI, tolong dibenahi yang namanya komisi wasit. Semoga pemain kita tidak patah semangat di tengah jalan,” kata politisi dari Fraksi PAN itu.

“Kenapa? Karena jika permainan sudah dikendalikan oleh wasit yang tidak adil, maka anak-anak kita akan kehilangan motivasi untuk bermain sepak bola,” lanjutnya.

Kritik terhadap Kebijakan Naturalisasi

Sebelumnya, Arisal juga mengkritik kebijakan PSSI terkait naturalisasi di skuad Garuda. Ia mempertanyakan kebijakan tersebut karena dinilai dapat mengancam potensi pemain di kompetisi lokal.

“Kenapa? Anak generasi kita bermain bola karena mereka memiliki harapan. Mereka ingin menjadi pemain profesional di masa depan,” kata Arisal dalam rapat.

“Jadi tidak ada lagi gunanya kita mengadakan kompetisi Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4. Bahkan, tidak ada gunanya juga kita mengadakan berbagai turnamen seperti Piala Soeratin kalau naturalisasi terus,” tambahnya dengan nada menggerutu.

Oleh karena itu, Arisal menegaskan ketidaksetujuannya jika skuad Garuda sepenuhnya diisi oleh pemain keturunan. Ia mengusulkan agar komposisi tim harus dibagi secara adil antara pemain lokal dan keturunan.

“Usulan saya, ke depannya boleh kita naturalisasi, tetapi maksimal hanya separuh atau 50 persen,” tuturnya.

Kritik ini menjadi sorotan dalam upaya reformasi sepak bola nasional, menekankan pentingnya transparansi, pengembangan pemain lokal, serta pengelolaan wasit yang profesional dan bebas dari praktik kecurangan.