Plymouth Argyle Ciptakan Sejarah, Singkirkan Liverpool dari Piala FA!


Mimpi quadruple Liverpool musim ini hancur berkeping-keping di Home Park, Minggu (9/2/2025). Plymouth Argyle, tim juru kunci Championship, secara mengejutkan menumbangkan sang pemuncak klasemen Liga Primer Inggris dengan skor 1-0 di putaran keempat Piala FA. Kemenangan bersejarah ini mengantarkan Plymouth ke babak kelima, sebuah pencapaian yang terakhir kali mereka rasakan pada musim 2006-2007.

Sorak sorai dan senyum lebar menghiasi wajah para pendukung Plymouth, termasuk sang manajer, Miron Muslic, yang menyaksikan timnya dengan gagah berani mempertahankan keunggulan atas Liverpool. Gol semata wayang dalam laga tersebut dicetak oleh Ryan Hardie melalui tendangan penalti di menit ke-53, setelah Harvey Elliott melakukan handball di kotak terlarang.

Bagi Plymouth, kemenangan ini bukan hanya sekadar tiket ke babak selanjutnya, namun juga ukiran sejarah yang sulit ditandingi. Terakhir kali mereka mencapai babak 16 besar adalah 18 tahun silam. Meski catatan terbaik mereka di Piala FA adalah mencapai semifinal pada musim 1982-1983, mengalahkan tim sekelas Liverpool di era modern ini tentu menjadi pencapaian yang luar biasa.

“Kami semua datang hari ini dengan sebuah mimpi dan bisa mewujudkan itu. Saya tidak tahu harus berkata apa-apa lagi,” ujar Hardie, pahlawan kemenangan Plymouth, kepada ITV.

Kemenangan ini terasa lebih manis mengingat status Plymouth sebagai tim papan bawah Championship. Sebelum laga ini, mereka hanya meraih satu kemenangan di bawah asuhan Muslic. Namun, sentuhan magis sang pelatih mampu mengubah peruntungan tim.

“Mereka (dua bek tengah) bermain solid. Pelatih membawa mereka untuk memperkuat kami hingga akhir musim. Mereka telah lakukan itu. Kami juga bermain kompak, sehingga Liverpool tidak bisa menaklukan pertahanan kami,” puji gelandang Plymouth, Callum Wright, kepada BBC, merujuk pada dua rekrutan anyar timnya, Nikola Katic dan Maksym Talovierov.

Performa solid lini belakang Plymouth, yang dikomandoi oleh Katic, memang menjadi kunci kemenangan mereka. Blok-blok krusial dan sapuan-sapuan heroik dari para pemain belakang membuat lini depan Liverpool frustrasi.

Tak hanya lini belakang, penampilan gemilang kiper Conor Hazard juga patut mendapatkan acungan jempol. Tiga penyelamatan krusialnya di masa injury time menggagalkan upaya Liverpool untuk menyamakan kedudukan, termasuk penyelamatan gemilang atas tendangan voli Diogo Jota dan sundulan Darwin Nunez.

Di sisi lain, kekalahan Liverpool tak lepas dari rotasi besar-besaran yang dilakukan oleh sang pelatih, Arne Slot. Absennya pemain-pemain kunci seperti Virgil van Dijk, Mohamed Salah, dan Cody Gakpo membuat permainan Liverpool kurang menggigit. Lini tengah mereka pun tampak kedodoran tanpa kehadiran Ryan Gravenberch, Dominik Szoboszlai, dan Alexis Mac Allister.

“Aliran bola mereka sangat tidak Liverpool,” komentar Robbie Fowler, legenda Liverpool, dalam ulasannya di ITV.

Slot sendiri mengakui kekalahan timnya dan memuji penampilan Plymouth. 

“Pemain saya terus berjuang hingga detik terakhir. Kekalahan ini bukan didasari etos kerja, tetapi mereka gagal mendapatkan peluang. Kami harus lebih kreatif,” tutur Slot kepada ITV.

Kekalahan ini jelas menjadi pukulan telak bagi Liverpool, yang harus mengubur impian meraih quadruple musim ini. Namun, bagi Plymouth, kemenangan ini adalah momen yang akan selalu mereka kenang. Sebuah dongeng indah di tengah kerasnya kompetisi sepak bola.