Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, kesal betul setelah timnya kalah 2-1 dari Club Brugge di leg pertama playoff Liga Champions di Stadion Jan Breydel, Brugge, Belgia, Kamis (13/2) dini hari WIB. Ia terutama kesal dengan keputusan penalti di menit-menit akhir yang dianggapnya “aneh”. Gasperini merasa keputusan ini menunjukkan bahwa “sepak bola sudah menjadi olahraga yang berbeda.”
Atalanta sebenarnya tampil kurang meyakinkan di Bruges. Mereka sempat tertinggal lebih dulu oleh gol Ferran Jutglà, namun berhasil menyamakan kedudukan lewat sundulan Mario Pasalic. Atalanta bahkan punya beberapa peluang bagus di babak kedua dan terlihat akan pulang dengan hasil imbang 1-1.
Namun, di masa injury time, wasit asal Turki memberikan penalti kepada Club Brugge. Wasit menilai Isak Hien melakukan pelanggaran karena lengannya mengenai hidung Gustaf Nilsson saat mengontrol bola. Nilsson sukses mengeksekusi penalti, membuat Club Brugge menang 2-1. Gasperini langsung meninggalkan lapangan menuju ruang ganti sebelum peluit akhir dibunyikan, sementara para pemainnya meluapkan kemarahan di lapangan.
Keputusan ini sangat kontroversial, apalagi setelah akhir pekan yang diwarnai banyak keputusan wasit yang dipertanyakan di Serie A.
“Sepertinya kita ‘menulari’ Eropa juga, tapi yang lebih parah adalah sepak bola yang ‘terinfeksi’,” kata Gasperini dikutip inilah.com dari Sky Sport Italia.
“Kalau dengar pendapat pemain dan pelatih, kita semua punya pandangan yang berbeda soal apa itu pelanggaran. Celakanya, sekarang semua orang diving untuk mencari keuntungan, entah itu kartu atau penalti. Sepak bola sekarang berjalan ke arah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan olahraga ini. Kita harus terima keputusan ini, tapi jujur, saya sudah tidak mengerti lagi peraturannya dan saya jelas tidak suka ini,” sambungnya.
“Penguin dan Protes”
Gasperini mengungkapkan bahwa wasit tidak memberikan penjelasan apapun soal penalti tersebut.
“Tidak sama sekali,” jawabnya.
“Masalahnya sekarang kita semua harus lari-lari seperti penguin, dengan tangan menempel di badan, melompat juga seperti penguin. Peraturannya sekarang sudah sangat jauh dari apa yang dipikirkan atau dikatakan para pemain. Sepak bola sudah menjadi olahraga yang sama sekali berbeda,” tuturnya.
Selain soal penalti, Gasperini juga mengakui bahwa Atalanta kesulitan menghadapi intensitas dan tekanan tinggi Club Brugge. Menjelang leg kedua, di mana mereka harus menang dengan selisih dua gol, ia berkata,
“Kita butuh usaha yang sangat besar. Kita harus lebih terbuka, kalau tidak mereka akan dengan senang hati bermain-main di sepertiga akhir lapangan mereka selama 30 menit, hanya mengoper bola kembali ke kiper,” katanya.
Ia menambahkan, “Malam ini kita memulai pertandingan dengan buruk. Anda tidak bisa selalu tampil maksimal dan harus mempertimbangkan lawan juga, tapi di babak kedua peluang terbesar untuk mencetak gol ada di pihak kita, dan pada akhirnya kita kalah.”
Gasperini berharap para pemainnya bisa memanfaatkan kemarahan mereka menjadi energi positif di leg kedua. “Ini adalah pertandingan yang paling mudah untuk dipersiapkan, tapi sebelumnya kita punya pertandingan melawan Cagliari dan kita harus lihat siapa yang tersisa. Kami memainkan permainan kami, tidak pernah mudah bermain tandang, jadi kami akan melakukan yang terbaik.”