Minta Jangan Ada yang Hambat Prabowo, Seolah Bahlil Lupa Kisruh Gas Melon


Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia ikut bersuara soal pidato Presiden Prabowo Subianto yang menyinggung ada oknum birokrat bak raja kecil yang ingin gagalkan efisiensi anggaran. Seolah Bahlil lupa dirinya sempat tak seirama dengan Prabowo pro rakyat kecil, saat hapus pengecer elpiji (LPG) 3 kg hingga bikin gaduh dan makan korban jiwa.

“Jangan ada yang menghambat, nggak boleh. Apalagi menteri-menterinya. Kami ini kan pembantu itu kan adalah, pembantu presiden, menteri-menteri pembantu presiden,” kata Bahlil saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2025).

Ia menerangkan, Prabowo selaku presiden pasti memiliki visi dan program untuk kemajuan bangsa dan megara. Dengan begitu, para pembantunya harus patuh dalam menjalankan program itu. “Pembantu saja nggak boleh berbeda sama presiden. Apalagi yang lain,” ujarnya menambahkan.

Saat ditanya apakah Menteri ESDM itu tahu siapa raja kecil yang dimaksud Prabowo, Ia tak menjawab banyak. “Kau dzikir dulu lah baru ketahuan,” canda Bahlil.

Bahlil jangan lupa. Dia pernah melakukan gebrakan yang tak seirama dengan Prabowo. Masih belum hilang di benak publik saat kelimpungan mencari gas melon imbas kebijakan Bahlil hapus pengecer elpiji 3 kg. Belakangan karena gaduh dan mustahilnya pengecer menjadi pangkalan, dia mewacanakan skema sub pangkalan. Lucunya, Bahlil tak bisa menjelaskan bagaimana skema perubahan pengecer menjadi sub pangkalan. Dia mengaku baru akan berdiskusi dengan PT Pertamina untuk membahas kebijakan serta aturan sub pangkalan.

Rupanya kebijakan penghapusan pengecer dalam mata rantai distribusi elpiji 3 Kg, bukan kebijakan Presiden Prabowo. Langkah grasa-grusu ini bukan saja membuat kelangkaan dan antrean, tapi juga memakan korban jiwa. Yonih (62), warga Pamulang, Tangerang Selatan, meninggal dunia setelah mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB. Oleh karena itu, Presiden menginstruksikan agar penjualan gas kembali berjalan seperti semula di agen atau pengecer.

“Sebenarnya ini bukan kebijakan dari Presiden untuk kemudian melarang kemarin itu, tapi melihat situasi dan kondisi, tadi Presiden turun tangan untuk menginstruksikan agar para pengecer bisa berjalan kembali,” tutur Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Sebelumnya, Prabowo menyentil oknum-oknum yang tidak menyetujui kebijakan efisiensi anggaran dan merasa kebal hukum menghadapi keputusan-keputusan yang diambil oleh dirinya saat memperjuangkan kemakmuran rakyat.

Prabowo mengatakan dirinya tak masalah dengan pembangkangan tersebut, namun oknum itu harus berani berhadapan langsung dengan rakyat, terutama kalangan ibu-ibu yang disebutnya dengan emak-emak.

“Kau boleh melawan Prabowo, tetapi nanti kau lawan emak-emak itu semua itu. Bandel, dablek!” kata Prabowo dalam sambutan pada pembukaan Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/2/2025).

Dia menceritakan langkah efisiensi di berbagai kementerian dan lembaga diambil agar pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperlukan dan berpotensi menjadi ladang korupsi bisa dihilangkan. Namun, pada praktiknya ada saja pihak-pihak yang kontra dengan keputusan tersebut dan bahkan merasa kebal dari keputusan yang diambil Prabowo itu sehingga mengabaikannya.

“Ada, yang melawan saya, ada. Dalam birokrasi merasa sudah kebal hukum, merasa sudah menjadi raja kecil, ada,” ujar Prabowo.