Autopsi Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Terbukti hanya Minum Kopi bukan Narkoba


Otopsi yang dilakukan militer Israel terhadap jasad Yahya Sinwar tidak menunjukkan bukti bahwa pemimpin Hamas yang telah meninggal itu menggunakan narkoba. Israel sebelumnya menuduh Sinwar dan pejuang Hamas lainnya telah menggunakan captagon.

Menurut laporan media Israel, uji forensik mengonfirmasi bahwa darah Sinwar tidak mengandung jejak narkoba tetapi ia telah mengonsumsi sejumlah besar kafein sebelum ia dibunuh pada Oktober tahun lalu. 

Israel sebelumnya menuduh bahwa Sinwar dan pejuang Hamas lainnya telah menggunakan captagon, sejenis amfetamin yang digunakan pejuang di Suriah dan Irak untuk meningkatkan kinerja fisiknya saat menjalani medan perang. Sinwar tewas dalam pertempuran dengan pasukan Israel setelah sebuah peluru tank menghantam sebuah gedung tempat ia berlindung di Kota Rafah.

Otopsi awal mengungkapkan bahwa pemimpin Hamas tidak makan selama tiga hari sebelum kematiannya dan ia bertahan hidup selama beberapa jam setelah ditembak di kepala. Para ahli patologi memilih untuk tidak mengeluarkan peluru yang ditemukan di kepala Sinwar, menurut laporan tersebut. Israel telah menahan jenazah itu di lokasi yang dirahasiakan.

Adik Sinwar dan pemimpin Hamas saat ini di Gaza, Mohammed, telah meminta Israel untuk melepaskan jenazahnya sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata untuk mengakhiri perang secara permanen – sebuah tuntutan yang sejauh ini ditolak Israel.

Serangan Hamas 7 Oktober Sempat ingin Dibatalkan

Laporan media Israel juga mengungkapkan bahwa Mohammed Deif, mendiang komandan sayap militer Hamas, sempat mempertimbangkan untuk membatalkan serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel – yang dikenal sebagai Operasi Banjir Al-Aqsa – hanya beberapa jam sebelum serangan itu terjadi.

Dalam sebuah artikel berdasarkan investigasi internal yang dilakukan militer Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa komandan Brigade al-Qassam takut bahwa dinas keamanan Israel telah menyiapkan penyergapan terhadap pasukannya, dan hampir membatalkan serangan pada pukul 5 pagi tanggal 7 Oktober.

Surat kabar tersebut mengutip dokumen internal dan wawancara dengan pejabat senior yang terlibat dalam mediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Artikel ini merupakan bagian dari serangkaian investigasi yang akan diterbitkan harian tersebut mengenai kegagalan intelijen Israel menjelang serangan tersebut.

Laporan itu juga mengklaim bahwa Deif dan pemimpin Hamas di Gaza, Sinwar, telah membentuk ‘Dewan Perang Kecil’ untuk memastikan rencana tersebut tetap rahasia. Deif, yang dalam dokumen internal Hamas dikenal sebagai Saudara Haj Ali, tewas dalam serangan Israel tahun lalu. Israel mengklaim telah membunuh pemimpin militer tersebut pada bulan Juli. Hamas baru mengonfirmasi kematiannya bulan lalu.

Deif adalah tokoh sentral dalam pembentukan Brigade Al-Qassem pada 1990-an dan memimpin pasukan tersebut selama lebih dari dua dekade. Dia dilaporkan sebagai salah satu dalang serangan 7 Oktober dan merupakan salah satu dari anggota Hamas yang mendapat surat perintah penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) tahun lalu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dia dilaporkan terbunuh bersama salah satu komandan utamanya, Rafa Salama.