Presiden UEFA Sesumbar Liga Champions Format Baru Sukses, Tapi Pemain dan Suporter Mulai Gerah


Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, mengklaim bahwa 99 persen orang puas dengan format baru Liga Champions yang mulai diterapkan musim ini. Pernyataan ini ia lontarkan dalam wawancara dengan surat kabar Slovenia, DELO, pada Selasa (4/2).

“Saya hanya mendengar respon positif. Awalnya banyak kritik, tetapi itu wajar dalam setiap perubahan. Sekarang, saya memperkirakan 99 persen orang puas dengan format baru Liga Champions,” ujar Ceferin.

Menurutnya, format baru ini menjadikan kompetisi lebih tidak terduga, karena tim baru mengetahui nasib mereka hingga fase akhir.

Format Baru Liga Champions: Lebih Kompetitif atau Lebih Melelahkan?

Format grup yang sebelumnya terdiri dari delapan grup kini telah dirombak menjadi fase liga dengan 36 tim. Setiap tim bermain melawan delapan lawan berbeda, dan sistem ini dirancang UEFA untuk meningkatkan jumlah pertandingan antara klub-klub elite sejak awal turnamen.

Setelah fase liga, tim peringkat 9 hingga 24 akan masuk ke babak playoff gugur, sementara delapan tim teratas langsung lolos ke 16 besar. Salah satu pertandingan yang mencetak rekor dalam format baru ini adalah laga antara Real Madrid vs Manchester City, yang ditonton lebih dari 4 juta pemirsa di Britania Raya melalui Prime Video.

Namun, meski Ceferin menyebut mayoritas orang puas, kritik terhadap format baru ini masih terus bermunculan, terutama dari pemain, suporter, dan liga domestik.

Kritik: Kepadatan Jadwal dan Ketimpangan Finansial

Meski menghasilkan lebih banyak pertandingan menarik, format baru ini mendapat kritik karena menambah beban bagi pemain yang harus berlaga dalam jadwal yang semakin padat.

Kelompok suporter juga menyuarakan protes, sementara liga-liga domestik khawatir bahwa ekspansi Liga Champions akan semakin melemahkan daya saing kompetisi nasional, karena tim-tim besar semakin diuntungkan secara finansial.

Sebagai bagian dari reformasi UEFA lainnya, aturan Squad Cost Rule mulai diterapkan sejak musim 2023/24. Regulasi ini membatasi pengeluaran klub untuk transfer, gaji pemain, dan biaya agen agar tidak melebihi pemasukan. Saat ini, batas toleransi berada di 80 persen, dan akan dikurangi menjadi 70 persen musim depan.

Dengan semakin banyaknya pertandingan, format ini memang menjanjikan tontonan lebih seru bagi penggemar, tetapi juga berisiko memperburuk ketimpangan finansial antara klub kaya dan klub kecil.

Apakah Liga Champions yang lebih “megah” ini benar-benar sukses, atau justru hanya menguntungkan segelintir tim besar? Bagaimana menurut kalian, pecinta sepak bola?