Keyakinan konsumen Amerika Serikat merosot pada laju tertajamnya dalam 3,5 tahun pada bulan Februari sementara ekspektasi inflasi 12 bulan melonjak. Ini memberikan tanda lebih lanjut bahwa warga Amerika semakin cemas tentang potensi dampak negatif kebijakan Presiden Donald Trump terhadap perekonomian.
Survei Dewan Konferensi pada Selasa (25/2/2025) mencatat bahwa komentar tentang pemerintahan saat ini dan kebijakannya mendominasi tanggapan warga. Survei yang dilakukan minggu lalu menunjukkan penurunan tajam dalam sentimen bisnis dan konsumen pada bulan Februari. Tarif impor, yang telah diberlakukan atau direncanakan Trump, telah menjadi isu utama dalam hampir setiap survei rumah tangga dan bisnis.
Para ekonom mengatakan PHK yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pekerja pemerintah federal juga berdampak buruk pada jiwa konsumen, yang menurut mereka menimbulkan risiko terhadap pengeluaran, mesin utama perekonomian.
“Orang Amerika semakin pesimis tentang prospek ekonomi. Tidak ada pemerintah Federal yang pernah mengancam pegawai pemerintah dengan pemecatan massal dan hal itu mulai membuat konsumen ketakutan,” kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS. “Perekonomian bisa saja terhenti pada kuartal pertama tahun ini karena konsumen tinggal di rumah.”
Indeks keyakinan konsumen dari Conference Board turun 7 poin, penurunan terbesar sejak Agustus 2021, menjadi 98,3 bulan ini. Ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan indeks akan turun, tetapi hanya menjadi 102,5. Penurunan bulanan ketiga berturut-turut mendorong indeks ke level terendah sejak Juni 2024. Sekarang berada di dasar kisaran yang berlaku sejak 2022.
“Terjadi peningkatan tajam dalam pembahasan perdagangan dan tarif, kembali ke level yang belum pernah terlihat sejak 2019,” kata Stephanie Guichard, ekonom senior untuk indikator global di Conference Board. “Yang paling menonjol, komentar tentang pemerintahan saat ini dan kebijakannya mendominasi tanggapan.”
Sentimen bisnis dan konsumen sempat melonjak menyusul kemenangan Trump pada 5 November dengan harapan lingkungan regulasi yang kurang ketat, pemotongan pajak, dan inflasi yang rendah.
Trump, seorang Republikan, selama bulan pertamanya menjabat telah mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen atas impor dari China. Pungutan sebesar 25 persen atas impor dari Meksiko dan Kanada ditangguhkan hingga Maret. Trump bulan ini menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25 persen.
Pemecatan Massal
Tarif impor mobil, semikonduktor, dan farmasi mulai berlaku. Pada saat yang sama, puluhan ribu pegawai pemerintah federal, sebagian besar masih dalam masa percobaan, telah dipecat oleh Departemen Efisiensi Pemerintah diketuai miliarder Elon Musk, atau DOGE bentukan Trump.
Saham AS anjlok karena data kepercayaan. Nilai tukar dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga merosot. Meskipun para ekonom belum memprediksi resesi, mereka memperkirakan periode panjang pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat dan inflasi tinggi.
Hal itu akan menempatkan Federal Reserve dalam posisi yang sulit. Bank sentral AS menghentikan pemotongan suku bunga pada bulan Januari sementara para pembuat kebijakan memantau dampak ekonomi dari kebijakan pemerintahan Trump.
The Fed telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin sejak September, saat memulai siklus pelonggaran kebijakannya. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 5,25 poin persentase pada 2022 dan 2023 untuk mengendalikan inflasi. Ekspektasi inflasi rata-rata konsumen 12 bulan melonjak menjadi 6 persen, tertinggi sejak Mei 2023, dari 5,2 persen pada Februari.
Perbedaan pasar tenaga kerja dalam survei tersebut, yang diambil dari data mengenai pandangan responden mengenai apakah pekerjaan berlimpah atau sulit diperoleh, turun menjadi 17,1 dari 19,4 bulan lalu. Ukuran ini berkorelasi dengan tingkat pengangguran dalam laporan ketenagakerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja AS.