Atur Gizi hingga Setop Rokok, Ini Tips Jaga Kesehatan Paru & Pernapasan Selama Puasa


Memasuki bulan suci Ramadan 1446 H, menjaga kesehatan tubuh, termasuk paru dan sistem pernapasan, menjadi hal penting agar ibadah puasa dapat berjalan lancar.

Mereka yang menderita gangguan paru, seperti bronkitis kronis, emfisema, atau berbagai jenis infeksi dan peradangan paru, agaknya perlu perhatian khusus agar kondisi kesehatannya tetap stabil selama berpuasa.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sekaligus Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, membagikan empat tips dalam menjaga kesehatan paru dan pernapasan selama puasa.

1. Atur menu makan dan minum saat sahur dan berbuka

Pertama, Tjandra menekankan pentingnya gizi yang berimbang dengan kesehatan paru. Untuk ini maka pada berbuka puasa jelas harus minum banyak air, atau ditambah susu juga akan baik.

“Hal ini akan membantu proses rehidrasi pada hari itu, ini penting bagi kesehatan paru karena kekentalan mukus di dalam saluran napas akan berhubungan dengan tingkat dehidrasi atau rehidrasi tubuh kita,” kata Tjandra kepada Inilah.com, Sabtu (1/3/2025).

Tjandra menyarankan agar hindari minuman bersoda atau minuman aditif lainnya, karena dapat memperparah kondisi paru dan meningkatkan risiko inflamasi.

“Selain minuman maka makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa adalah makanan rendah lemak serta makanan yang mengandung gula alami,” katanya.

Makanan dalam bentuk sup kata dia sangat dianjurkan, begitu juga dengan buah dan kurma. Sementara untuk sahur, ia menyarankan agar mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau roti whole grain guna memberikan rasa kenyang lebih lama.

2. Tetap aktif meski puasa

Meskipun berpuasa, aktivitas fisik tetap perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan paru dan pernapasan. Prof. Tjandra menekankan bahwa olahraga ringan seperti jalan kaki atau senam pernapasan bisa membantu menjaga kapasitas paru.

“Khusus mereka dengan kondisi paru tertentu maka dapat dilakukan teknik tertentu seperti aerobik bertahap (step-by-step aerobic) dan lain-lain,” katanya.

3. Atur Pola Minum Obat

Bagi penderita penyakit paru kronis yang harus mengonsumsi obat, penting untuk menyesuaikan jadwal minum obat dengan waktu puasa.

Jika obat harus dikonsumsi tiga kali sehari, bisa diatur pada saat berbuka, sebelum tidur malam, dan saat sahur. Sementara obat yang dikonsumsi dua kali sehari bisa diminum saat berbuka dan sahur.

“Penggunaan obat inhaler yang dihisap atau disemprot ke mulut untuk masuk ke paru juga seringkali jadi perdebatan, apakah membatalkan puasa atau tidak. Salah satu upaya menyikapinya adalah dengan menggunakan yang kerja panjang (long acting) yang dapat digunakan sesudah berbuka dan sebelum sahur misalnya,” saran Tjandra.

Selain itu, bagi pasien yang memerlukan terapi oksigen, penggunaannya masih bisa ditoleransi selama tidak bersifat intensif. Akan tetapi kalau sakitnya sudah cukup parah dan memerlukan oksigen yang intensif maka mungkin perlu pertimbangan lebih lanjut.

4. Gunakan Puasa sebagai Momentum Berhenti Merokok

Bulan Ramadan kata Tjandra juga bisa menjadi momen yang tepat bagi para perokok aktif untuk berhenti dari kebiasaan buruk ini. Selama lebih dari 12 jam saat berpuasa, perokok sudah berhasil menahan diri untuk tidak merokok.

“Gunakan momentum yang baik ini untuk tetap terus tidak merokok di sore dan malam hari, dan juga nanti sesudah Iedul Fitri, sehingga bulan puasa tahun ini menjadi saat berharga bagi kesehatan para perokok karena berhasil berhenti merokok sepenuhnya,” pungkasnya.