Merpati dapat Menjadi Penyebar Penyakit Paru-paru yang Mematikan


Selama berabad-abad, merpati dianggap sebagai pembawa pesan yang setia. Merpati telah menempuh jarak sangat jauh untuk menyampaikan informasi penting. Namun, burung yang melambangkan komunikasi dan persahabatan ini dapat menimbulkan ancaman tersembunyi terhadap kesehatan manusia. 

Merpati dan kotorannya merupakan pembawa alergen dan patogen berbahaya, yang menyebabkan penyakit paru-paru serius. Dr. Ravi Shekhar Jha, Direktur dan HOD, Pulmonologi, Rumah Sakit Fortis Escorts Faridabad, India dalam sebuah tulisannya di Times of India mengungkapkan bagaimana burung yang tampaknya tidak berbahaya ini dapat menjadi pembawa penyakit paru-paru yang mematikan.

1. Paru-paru Pencinta Merpati (PFL)

Penyakit Paru-paru Penggila Merpati adalah bentuk radang paru-paru hipersensitif, yang merupakan reaksi alergi terhadap kotoran, bulu, atau debu merpati. Partikel mikroskopis memasuki paru-paru dan memicu sistem kekebalan tubuh menjadi sangat agresif, yang menyebabkan peradangan kronis. 

Dalam jangka panjang, paparan berulang akan menyebabkan jaringan parut yang mengurangi fungsi paru-paru. Gejala PFL adalah batuk dan sesak napas dengan reaksi seperti flu. Jika tidak diobati, kondisi ini berkembang menjadi gangguan pernapasan parah dan kerusakan paru-paru yang tidak dapat dipulihkan.

2. Paparan Kronis Menyebabkan Fibrosis

Menghirup alergen merpati dalam jangka panjang tidak hanya memicu reaksi alergi tetapi juga mengakibatkan fibrosis paru-paru, yaitu kondisi di mana jaringan paru-paru menjadi kaku dan menebal, sehingga tidak dapat mengembang dengan sempurna atau menyerap oksigen sebagaimana mestinya. 

Fibrosis semakin parah dengan batuk kronis, kelelahan, dan sesak napas terus-menerus sebagai gejala krusial. Fibrosis paru-paru merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, mencegah atau mengobatinya sejak dini dapat meminimalkan dampak paparan udara yang terkait dengan alergen merpati.

3. Reservoir Patogen Jamur

Selain alergen, merpati juga menjadi tempat berkembang biaknya patogen jamur yang berbahaya. Yang terburuk di antaranya adalah Cryptococcus neoformans. Jamur ini hidup di kotoran merpati. Karena spora dapat menyebar melalui udara, jika terhirup dapat menyebabkan kriptokokosis. 

Paru-paru adalah tempat umum penyakit ini, tetapi, saat penyakit ini menjalar ke otak, infeksi dapat mengancam jiwa, terutama kasus meningitis, di antara individu dengan latar belakang imunosupresi. Kondisi medis tertentu meningkatkan risiko penyakit parah seperti orang yang mengidap HIV atau AIDS, orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah seperti mereka yang menjalani transplantasi organ atau kemoterapi.

4. Partikel di Udara Mencapai Jarak Jauh

Alasan lain mengapa merpati menjadi perhatian penting adalah partikel udara yang menyertainya. Faktanya, merpati membawa lebih dari sekadar kotoran, alergen dalam kotoran dan bulu. Alergen ini tersuspensi di udara dan menempuh jarak tertentu. 

Ini berarti bahwa orang tidak harus selalu bersentuhan langsung dengan merpati untuk bisa terkena penyakit ini. Berada di area tempat merpati berkumpul, seperti taman kota, jembatan, dan tepian bangunan, dapat membuat orang terpapar kontaminan udara yang memicu masalah pernapasan.

5. Dampaknya Berbeda-beda

Sementara beberapa individu mengembangkan reaksi imun yang kuat terhadap alergen merpati, yang lain mungkin tetap asimtomatik meskipun terpapar serupa. Predisposisi genetik, kondisi paru-paru yang ada (seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik), dan perbedaan respons sistem imun berperan penting dalam menentukan kerentanan. 

Namun, bahkan bagi mereka yang tidak menunjukkan gejala langsung, paparan jangka panjang tetap dapat menimbulkan risiko, yang menyebabkan kerusakan paru-paru kumulatif dari waktu ke waktu.

Tindakan Pencegahan

Jika Anda menghabiskan banyak waktu di daerah dengan populasi merpati tinggi, harus mengambil tindakan pencegahan. Mengenakan masker, ventilasi yang baik, dan membersihkan area yang terkontaminasi dengan kotoran merpati dapat mengurangi kemungkinan menghirup partikel berbahaya. Metode pengendalian merpati yang manusiawi, seperti pencegah dan modifikasi struktural, juga dapat meminimalkan paparan dan meningkatkan lingkungan hidup yang lebih sehat.

Meskipun merpati berfungsi sebagai alat komunikasi antara dua tempat, kini orang-orang terancam alergen dan patogen yang mereka bawa. Selain itu, penyakit paru-paru yang disebabkan oleh merpati dapat mencakup PFL dan kriptokokosis. Karena merpati terus menjadi bagian besar dari lanskap perkotaan, kesadaran dan tindakan pencegahan untuk menghindari risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan merpati akan menjadi langkah yang tepat.