AC Milan kembali menelan kekalahan pahit setelah takluk 1-2 dari Lazio di San Siro, Minggu (3/3/2025) dini hari WIB. Hasil ini membuat Rossoneri semakin terpuruk di posisi kesembilan klasemen Serie A, terpaut jauh dari zona Liga Champions dan memicu gelombang ketidakpuasan dari para pendukung mereka.
Di laga ini, Milan sempat tertinggal lewat gol Mattia Zaccagni di menit ke-28, namun Samuel Chukwueze berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-86, meski timnya bermain dengan 10 orang setelah Strahinja Pavlovic mendapat kartu merah. Sayangnya, mimpi buruk Milan kembali terjadi di menit ke-98 ketika Pedro mengeksekusi penalti setelah pelanggaran Mike Maignan terhadap Gustav Isaksen.
Conceicao Salahkan Tekanan Mental dan Atmosfer San Siro
Kekalahan ini menambah daftar buruk Milan yang kini mencatatkan tiga kekalahan beruntun di Serie A dan terlempar dari kompetisi Liga champions. Pelatih Sergio Conceicao yang belum laga menggantikan Paulo Fonseca sejak Desember 2024 tidak menampik bahwa situasi ini semakin sulit, terutama dengan tekanan yang datang dari para suporter.
“Ini bukan momen yang mudah, kami tahu itu. Para pemain merasakan atmosfer yang berat di sekitar klub. Tidak ada jalan lain selain bekerja keras dan tetap bangga dengan warna yang kami bela,” ujar Conceicao kepada DAZN setelah pertandingan.
Pelatih asal Portugal itu juga menyoroti pengaruh demonstrasi para pendukung Milan terhadap mental para pemain. Curva Sud bahkan melakukan protes dengan mengosongkan tribun selama 15 menit pertama pertandingan sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap manajemen klub.
“Saya belum pernah mengalami situasi seperti ini sepanjang karier saya. Sebagai mantan pemain, saya tahu bagaimana rasanya. Sepatu terasa berat, tekanan semakin besar jika operan atau dribel gagal, dan lebih terasa panas saat tim tertinggal,” tambahnya.
Milan Krisis Identitas, Masalah Bukan Sekadar Taktik
Selain mentalitas yang terganggu, Milan juga menghadapi masalah di dalam lapangan, terutama dalam transisi bertahan. Conceicao mengakui bahwa beberapa pemain lebih bersemangat menyerang, tetapi tidak menunjukkan intensitas yang sama saat harus membantu pertahanan.
“Kami sedang bekerja untuk memperbaiki itu. Pertahanan yang solid sama pentingnya dengan serangan. Jika kami bisa bertahan dengan baik, kami bisa menyulitkan lawan dalam menyerang,” kata Conceicao.
Namun, pernyataan tersebut tidak cukup meredam kekecewaan suporter yang semakin meragukan masa depan Milan di tangan Conceicao. Sejak menggantikan Paulo Fonseca pada akhir Desember 2024, eks pelatih FC Porto itu belum mampu membawa perubahan signifikan.
Dengan posisi Milan yang terus melorot di klasemen, tekanan terhadap Conceicao kian besar. Jika tidak ada perubahan drastis dalam beberapa pertandingan ke depan, bukan tidak mungkin Milan akan kembali berganti nakhoda sebelum musim berakhir.