Kebijakan Tarif Impor Trump Berpotensi Tahan Penguatan Rupiah


Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar AS pada Selasa (4/3/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp16.445 per dolar AS, menguat 0,21 persen atau 35 poin dari hari sebelumnya.

Sementara itu, pergerakan rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,38 persen ke level Rp16.433 per dolar AS.

Pengamat Forex Ibrahmi Assuabi menyebut, penguatan rupiah tidak terlepas dari sentimen pemberlakuan kebijakan tarif impor dan pertemuan pemimpin AS-Ukraina di Gedung Putih yang berujung ricuh. Efeknya, tercermin dari ketegangan perang dagang dan semakin jauhnya cahaya perdamaian perang di Ukraina. Bahkan AS menghentikan sementara bantuan militer AS ke Ukraina.

Sekedar informasi, Presiden AS Donald Trump telah mengonfirmasi bahwa tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret 2025 pada pukul 5.01 GMT. Selain itu, Trump juga menandatangani perintah untuk menaikkan tarif atas barang-barang China dari 10 persen menjadi 20 persen.

Menurutnya, peningkatan tarif atas barang-barang China tersebut semakin menegangkan hubungan antara AS dan China. China berjanji akan mengambil tindakan balasan terhadap tarif AS untuk melindungi kepentingannya, sedangkan Kanada sedang mempersiapkan pembalasannya.

“Tarif ini diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian perdagangan, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan permintaan ekspor, sehingga merugikan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan investor di pasar Asia,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya yang dikutip Selasa malam.

Analis pasar uang Lukman Leong juga mencermati pemberlakuan tarif ini akan membatasi penguatan rupiah lantaran kekhawatiran pasar yang dapat memicu ketidakpastian di pasar keuangan. Akibatnya, investor berpotensi melakukan aksi penjualan rupiah dan pembelian dolar AS, yang pada gilirannya akan menekan nilai tukar rupiah.

“Penguatan rupiah akan berpotensi terbatas oleh sentimen risk off di pasar ekuitas setelah konfimasi Trump terkait kebijakan tarif ini,” ujarnya.

Lukman menilai perang dagang ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar keuangan, dan pada gilirannya dapat melemahkan mata uang negara-negara yang terlibat, termasuk rupiah.

Lukman memproyeksikan rupiah pada perdagangan, Rabu (5/3/2025), akan berada direntang Rp16.400 hingga Rp16.500 per dolar AS. Adapun Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak berada direntang Rp16.430 hingga Rp16.500 per dolar AS.

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan bahwa memasuki kuartal I-2025, konsumsi domestik Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang patut diapresiasi.

Sebab menurutnya, di tengah tantangan global yang berlanjut, Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) tercatat berada pada level ekspansif 127,2 pada Januari, sedangkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) masih tumbuh positif sebesar 0,4 persen.

“Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga dan menjadi pilar utama penopang pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Ibrahim menambahkan bahwa stabilitas konsumsi masyarakat tersebut juga ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah, di antaranya diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada Januari dan Februari 2025. Menurutnya, program tersebut tidak hanya membantu menekan pengeluaran rumah tangga, tetapi juga berkontribusi pada terjadinya deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan pada Februari.

Selain itu, dia menegaskan bahwa pemerintah terus mempersiapkan langkah strategis untuk menghadapi Ramadan dan Idulfitri 2025. Operasi pasar, gerakan pasar murah, hingga pengawasan distribusi pangan diperkuat untuk menjamin harga kebutuhan pokok tetap terjangkau.

Bukan hanya kebutuhan pokok, Ibrahim menjelaskan bahwa insentif seperti diskon tarif tol dan pembebasan PPN untuk tiket pesawat juga digulirkan guna mendukung mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran 2025.