AI Deepfake Selebriti Membanjiri Internet, Hollywood Desak Kongres Bertindak


Komedian dan pembawa acara Steve Harvey semakin vokal menentang penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) yang mencatut nama dan wajahnya untuk penipuan daring. Dalam wawancara dengan CNN, ia menegaskan bahwa penipuan menggunakan AI yang menyerupai dirinya telah mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa.

“Saya bangga dengan merek pribadi saya yang dikenal autentik dan dipercaya. Tapi sekarang, ada orang yang menyalahgunakan itu untuk menipu orang lain,” ujar Harvey dalam wawancara di Tyler Perry Studios saat syuting acara Family Feud.

Penipuan Menggunakan AI dan Upaya Regulasi

Harvey termasuk di antara sejumlah selebritas seperti Taylor Swift dan Joe Rogan yang suaranya ditiru oleh AI dalam skema penipuan daring. Dalam salah satu video penipuan, suara yang terdengar seperti Harvey mempromosikan program bantuan keuangan palsu dari pemerintah, mengklaim bahwa masyarakat dapat memperoleh dana gratis sebesar $6.400 USD.

Menanggapi lonjakan kasus ini, Harvey kini mendukung upaya legislasi yang bertujuan memerangi penyalahgunaan teknologi AI. Kongres Amerika Serikat saat ini sedang mempertimbangkan beberapa rancangan undang-undang, termasuk No Fakes Act, yang bertujuan menuntut pencipta dan platform yang mengizinkan konten AI tanpa izin.

Rancangan undang-undang ini didukung oleh senator dari dua partai, termasuk Chris Coons (Delaware), Amy Klobuchar (Minnesota), Marsha Blackburn (Tennessee), dan Thom Tillis (North Carolina). Mereka berencana untuk mengajukan ulang undang-undang tersebut dalam beberapa minggu mendatang.

Selain itu, Kongres juga sedang mempertimbangkan Take It Down Act, yang secara khusus berfokus pada kriminalisasi deepfake pornografi. RUU ini baru-baru ini mendapatkan dukungan dari mantan ibu negara Melania Trump.

Dukungan dari Selebritas dan Organisasi Industri

Kasus-kasus penipuan AI yang melibatkan selebritas dan figur publik semakin marak. Scarlett Johansson, yang kerap menjadi target AI, turut mendukung regulasi ini. Dalam pernyataannya kepada CNN, ia menyoroti kurangnya respons pemerintah AS dibanding negara-negara lain.

“Gelombang besar AI sedang datang, dan beberapa negara telah meresponsnya secara bertanggung jawab. Sangat mengkhawatirkan bahwa pemerintah AS masih lamban dalam melindungi warganya dari bahaya AI,” ujar Johansson.

Undang-undang yang diusulkan telah mendapat dukungan dari organisasi besar, termasuk Recording Academy, Screen Actors Guild, Motion Picture Association, dan agensi talenta Hollywood. Harvey menegaskan bahwa ini bukan sekadar masalah kebebasan berbicara, tetapi juga menyangkut penyalahgunaan identitas secara paksa.

“Kebebasan berbicara itu berbeda dengan memaksa saya berbicara sesuatu yang tidak saya katakan. Itu bukan kebebasan, itu penyalahgunaan,” kata Harvey. “Kongres harus segera bertindak sebelum masalah ini semakin besar.”

Peran Teknologi dalam Melacak Deepfake

Sementara itu, perusahaan seperti Vermillio AI menawarkan solusi bagi selebritas untuk melacak dan menghapus deepfake yang mencatut nama mereka. Teknologi mereka, TraceID, memungkinkan pelacakan AI secara otomatis dan memudahkan permintaan penghapusan konten palsu.

CEO Vermillio, Dan Neely, mengatakan bahwa jumlah konten deepfake meningkat pesat. “Pada tahun 2018, ada sekitar 19.000 konten deepfake. Sekarang, ada sekitar satu juta deepfake yang dibuat setiap menit,” kata Neely kepada CNN.

Neely menunjukkan kepada CNN bagaimana akun Vermillio milik Harvey telah menemukan chatbot suara AI yang meniru dirinya serta video palsu yang mendorong perjudian. Teknologi mereka bekerja dengan sidik jari digital untuk membedakan konten asli dari yang dihasilkan AI.

Namun, meskipun selebritas bisa membayar layanan seperti Vermillio, banyak kreator independen dan masyarakat umum yang tidak memiliki akses ke perlindungan serupa.

Harvey menutup pernyataannya dengan mendesak agar tindakan segera diambil untuk mengatasi masalah ini sebelum lebih banyak orang menjadi korban.

“Semakin cepat kita bertindak, semakin baik. Berapa banyak lagi yang harus dirugikan sebelum seseorang melakukan sesuatu?” tegasnya.