Arab Saudi meluncurkan Robot Manara, sebuah mesin bertenaga kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk menjawab pertanyaan keagamaan para jemaah umrah di Masjidil Haram di Mekkah pada Ramadan 2025 ini.
Robot yang diluncurkan Abdulrahman Al Sudais, Kepala Urusan Agama di Dua Masjid Suci, menggunakan basis data terpadu untuk memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan terkait Syariah. Tersedia dalam beberapa bahasa, mesin ini merupakan bagian dari transformasi digital cerdas yang sedang berlangsung di Arab Saudi. Tujuannya untuk memperkaya pengalaman jamaah haji dan menawarkan fatwa (perintah agama) yang cepat dan mudah diakses.
Sistem AI juga menghubungkan pengguna dengan ulama terkemuka melalui panggilan video untuk pertanyaan yang lebih rumit yang tidak tersimpan dalam basis datanya. Al Sudais mengatakan peran mesin tersebut sebagai referensi cerdas untuk bimbingan agama, memadukan metode tradisional dengan kemajuan teknologi modern. Desain mesin tersebut mencerminkan arsitektur Islam, tetap setia pada warisan budaya Dua Masjid Suci.
Secara historis, layanan keagamaan di Masjidil Haram telah berevolusi dari ulama yang menyampaikan fatwa secara langsung menjadi konsultasi telepon dan, baru-baru ini, platform daring. Pengenalan robot AI menandai fase baru dalam perkembangan ini, yang menawarkan jawaban instan dan mendukung peningkatan jumlah jamaah selama bulan suci Ramadan.
Inovasi ini merupakan bagian dari upaya Arab Saudi yang lebih luas untuk mengintegrasikan AI ke dalam berbagai aspek kehidupan publik.
Robot Manara hanyalah salah satu dari beberapa inisiatif berbasis AI yang diperkenalkan pada bulan Ramadan ini. Robot pemandu dalam berbagai bahasa telah dikerahkan di seluruh Mekkah untuk membantu para peziarah.
Lompatan teknologi ini terjadi setelah kerajaan meluncurkan Proyek Transendensi senilai $100 miliar sebagai bagian dari upaya global untuk memimpin kecerdasan buatan dan analisis data di antara negara-negara Arab. Sebagai bagian dari rencana Visi 2030, Kerajaan berupaya mendiversifikasi ekonominya dan membangun ekosistem teknologi untuk bersaing dengan pusat teknologi global.
Dalam dua tahun terakhir, negara kerajaan tersebut berencana menggelontorkan dana sebesar $40 miliar untuk berinvestasi dalam kecerdasan buatan, manufaktur mikrochip, dan penyimpanan data berteknologi tinggi.