Sutradara Hanung Bramantyo baru-baru ini mengungkapkan ketertarikannya untuk mengadaptasi proses pemilihan Ketua PP Muhammadiyah atau Rois Aam NU ke dalam sebuah film. Hal ini diutarakannya melalui unggahan di Instagram setelah menonton film Conclave garapan sutradara Edward Berger.
“Usai menonton film ini langsung kebayang bagaimana jika pemilihan ketua PP Muhammadiyah atau Rois Aam NU difilmkan. Pasti seru banget… Gimana nih prof @abe_mukti, kangmas @rommyfibri, @hamzahsahal, gus @ulil99,” tulis Hanung dalam unggahannya di akunnya @hanungbramantyo.
Conclave: Drama Politik di Jantung Vatikan
Film Conclave, yang diadaptasi dari novel karya Robert Harris, mengisahkan drama politik penuh intrik di balik pemilihan seorang Paus di Vatikan. Ritual konklaf, yang dikenal sebagai proses tertutup dan sakral, menjadi latar utama dalam film ini, di mana para kardinal terlibat dalam manuver politik dan pergolakan internal demi menentukan pemimpin tertinggi gereja Katolik.
Dibintangi aktor-aktor ternama seperti Ralph Fiennes, Stanley Tucci, dan Isabella Rossellini, film ini menghadirkan ketegangan yang mendalam dalam pemilihan Paus. Ralph Fiennes memerankan Kardinal Lawrence, yang bertugas mengawasi jalannya konklaf, sekaligus berhadapan dengan konflik moral dan rahasia yang tersembunyi di balik tembok Vatikan.
Apakah Pemilihan Pemimpin Ormas Islam Bisa Difilmkan?
Unggahan Hanung Bramantyo memunculkan wacana menarik tentang bagaimana pemilihan Ketua PP Muhammadiyah atau jajaran petinggi NU jika diadaptasi ke dalam film. Seperti halnya Conclave, pemilihan pemimpin di organisasi keagamaan besar di Indonesia juga memiliki dinamika tersendiri. Dengan kombinasi politik internal, tradisi, serta perbedaan pandangan, kisah seperti ini berpotensi menjadi sebuah tontonan yang menarik dan penuh makna.
Dalam sejarahnya, proses pemilihan pemimpin di Muhammadiyah dan NU dilakukan dengan musyawarah serta mekanisme yang ketat, melibatkan ulama-ulama besar dan tokoh-tokoh penting. Jika difilmkan, kisah ini bisa menyoroti diplomasi keagamaan, dinamika internal organisasi Islam terbesar di Indonesia, serta perjuangan nilai dan idealisme dalam memilih pemimpin yang mampu membawa organisasi ke arah yang lebih baik.
Dengan sinematografi yang kuat, naskah yang matang, serta riset mendalam, adaptasi ini berpotensi menjadi film yang tidak hanya menggugah, tetapi juga memberikan wawasan baru bagi masyarakat tentang dunia kepemimpinan dalam organisasi Islam.
Menarik untuk ditunggu, apakah Hanung Bramantyo benar-benar akan mengangkat kisah ini ke layar lebar?