Indonesia punya banyak tokoh Islam terkemuka. Salah satunya adalah Kiai Haji (KH) Ahmad Dahlan yang merupakan ulama besar dan pendiri Muhammadiyah.
Biodata KH Ahmad Dahlan
- Nama lengkap: Ahmad Dahlan
- Nama panggilan: KH Ahmad Dahlan
- Tempat, tanggal lahir: Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868
- Orang tua: Haji Abu Bakar dan Siti Aminah
- Agama: Islam
- Pasangan: Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan)
- Anak-anak: 7
- Pekerjaan: Ulama dan pendiri Muhammadiyah
KH Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis.
Ia merupakan anak dari seorang ulama, imam, dan khatib Masjid Besar Kauman yaitu Kiai Haji Abu Bakar.
Sementara, ibunya bernama Siti Aminah yang merupakan putri dari ulama sekaligus penghulu besar di Yogyakarta.
KH Ahmad Dahlan merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ia menikah dengan Siti Walidah pada 1889 dan memiliki enam anak.
Keenam anak mereka yaitu Djihanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.
Selain dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan juga mempersunting wanita-wanita bernama Nya Abudllah, Nyai Rum, dan Nyai Aisyah Cianjur.
Dari pernikahannya dengan Nyai Aisyah, KH Ahmad Dahlan memiliki satu anak bernama Dandanah.
Pendidikan KH Ahmad Dahlan
Sejak kecil, Ahmad Dahlan sudah gemar belajar. Ia berguru dari kedua kakak iparnya, yakni Kiai Haji Muhammad Saleh dan Haji Mushin.
Ahmad Dahlan belajar ilmu fikih bersama Kiai Haji Muhammad Saleh dan ilmu nahwu dari Haji Mushin.
Ia juga mempelajari ilmu falaq dari Kiai Raden Haji Dahlan, ilmu hadis dari Kiai Mahfudh dan Syekh Khayyat, serta ilmu qiraah dari Syekh Amien dan Sayyid Bakri.
Selain mendalami ilmu agama, Ahmad Dahlan juga belajar pengetahuan umum seperti ilmu bisa atau racun binatang dari Syekh Hasan.
Ahmad Dahlan juga belajar bahasa melayu dan jawa dari R. Ng. Sosrosugondo yang merupakan anggota Boedi Oetomo.
Saat berusia 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi ke Mekkah dan tinggal selama lima tahun di sana untuk menimba ilmu.
Ia yang saat itu masih bernama Muhammad Darwis kembali ke Indonesia pada 1888 dan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan.
Lima tahun kemudian, Ahmad Dahlan kembali ke Mekkah dan tinggal di sana selama dua tahun untuk belajar bareng Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari.
Mendirikan Muhammadiyah
KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta.
Berdirinya Muhammadiyah diawali dengan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada awal 1912.
Madrasah ini mengadakan kegiatan belajar mengajar pertama kali dengan memanfaatkan ruangan berupa kamar tamu di rumah KH Ahmad Dahlan.
Pada saat itu, hanya ada sembilan murid. Adapun Madrasah tersebut didirikan KH Ahmad Dahlan tanpa bantuan dana dari orang lain.
Ahmad Dahlan mengandalkan harta bendanya untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam modern yang diinginkannya.
Butuh waktu panjang sampai Muhammadiyah sebagai organisasi diakui oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 22 Agustus 1914.
Semula, Muhammadiyah hanya diizinkan bergerak di Yogyakarta. Namun, dalam Kongres Boedi Oetomo pada 1917, Ahmad Dahlan menyatakan bahwa Muhammadiyah perlu berdiri di berbagai daerah di Indonesia.
Setelah disetujui pemerintah Hindia-Belanda, Ahmad Dahlan pun memperluas dakwahnya dan mengajak kaum muslim mengamalkan Islam.
Warisan KH Ahmad Dahlan
Tahun-tahun terakhir menjelang wafat, Ahmad Dahlan sempat mendirikan gerakan kepanduan bernama Hizbul Wathan pada 1918.
Ia juga membentuk Bagian Penolong Haji dan mendirikan musala khusus untuk perempuan yang pertama di Hindia-Belanda.
Bahkan, dalam keadaan sakit menjelang rapat tahunan pada 1923, Ahmad Dahlan juga mendirikan surau atau musala di Tretes Malang.
Selain itu, tentu saja Muhammadiyah menjadi warisan terbesar KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah bergerak di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, filantropi, dan pemberdayaan sosial.
Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, klinik, dan melakukan pemberdayaan sosial-ekonomi di Indonesia untuk komunitas pedesaan, pedalaman, terpencil, kawasan kepulauan, masyarakat adat, dan di area rawan bencana.
.
.
Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar Mozaik Islam di Laman Google News Inilah.com.