Pasar Parsel Masih Sepi, Berharap Pembeli Datang di Tikungan Akhir Ramadan


Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat di minggu ketiga Ramadan terlihat adem ayem, nyaris tak ada keramaian seperti tahun-tahun sebelumnya. Pedagang parsel pun menunggu dengan penuh harapan, bagaikan jomblo yang menanti chat balasan dari gebetan. Berharap pembeli ramai berdatangan mendekati lebaran.

Hanya segelintir warga yang melihat-lihat dan berbelanja di sore yang cukup terik di pusat parsel lebaran di Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (15/3/2025). Namun, hal itu tak menyurutkan semangat Rita (55) salah satu penjual parsel asli Betawi di pasar tersebut. Senyum bibirnya terus mengembang menyapa warga yang berlalu-lalang sambil menawarkan dagangannya.

Rita mengaku belum ada pembeli yang mengunjungi stand-nya sore itu. Namun, ia masih bisa tenang mengingat sudah ada beberapa langganan yang memesan bingkisan untuk hari raya ke tokonya miliknya. Sambil merapikan beberapa parsel yang berjajar, Ia mengatakan penjualannya dari hari ke hari makin meningkat.

“Belum sih, baru sembilan (pesanan), tapi langganan sudah banyak. Alhamdulillah, pesanan banyak ke sini. Masih banyak yang minat dengan parsel seperti ini,” kata Rita saat berbincang dengan Inilah.com.

Di era sekarang, parsel lebaran makin banyak saingannya. Dari hampers berbentuk aesthetic, kemasan fancy, sampai kotak kayu dengan pita emas yang bikin orang enggak tega ngebukanya. Tapi Bu Rita santai saja. “Ah, biarin aja, justru saya bersyukur rezeki dari dagangan parsel ala jaman dulu ini cukup tinggi,” katanya.

Parcel Lebaran Reyhaanah2.jpeg

Di tokonya yang bernama Rachel Parcel, ia menjual berbagai bingkisan mulai dari snack atau aneka pecah belah seperti cangkir atau piring. Harganya pun bervariasi, untuk aneka makanan ringan Rita menjual dari kisaran Rp 125.000-650.000. Sementara untuk aneka piring dan cangkir, mulai dari Rp350.000 untuk ukuran sedang.

“Wah untungnya lumayan, istilah kecilnya 50 sampai 100 (ribu rupiah), itu jutaan hitungannya. Kita untung dari satu parsel kecil Rp50.000 sudah lumayan, kalau beli sampai puluhan kan lumayan,” tuturnya.

“Jadi nggak khawatir lah dengan hampers jaman sekarang, alhamdulillah karena kan ini sudah dari dulu adanya, pembeli datang bisa langsung pilih modelnya sendiri,” ujar Rita sambil tersenyum.

Biasanya, Rita menambahkan, warga banyak memborong dagangan miliknya mendekati hari lebaran. Ia bahkan rela buka stand sampai 24 jam. Ia mengaku menyiapkan sekitar 50 bingkisan di stand-nya itu.

Begitupun dengan Pian (60) yang tidak khawatir dengan berkembangnya bisnis parsel lebaran kekinian. Sambil tertawa kecil, Ia mengaku banyak pedagang online yang mengambil parsel dari pasar itu. “Enggak lah, orang banyak kok online yang ngambilnya dari sini juga. Di sini kan rutin ya tiap tahunnya, jadi Alhamdulillah masih ada yang ke sini juga, pegawai kantoran, bos-bos pabrik, banyak lah,” kata Pian.

Meski mengeluarkan modal puluhan juta, Pian bersyukur sejauh ini ia selalu mendapatkan untung. Ia mengaku sudah puluhan tahun menggeluti bisnis ini dengan bendera Pian Parcel. “Kita juga buka online demi bersaing, kalau ada warga yang kesini lihat-lihat terus pesan ya kita buatkan sesuai pesanannya, kita cari dan mereka senang sama hasilnya,” tuturnya.

Rita, Pian dan puluhan pedagang lainnya di Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat itu masih menunggu tokonya kebanjiran pelanggan. Pasalnya, para pembeli mulai akan memborong satu minggu atau beberapa hari jelang lebaran.

Parsel bukan sekadar bisnis, tapi sudah menjadi tradisi yang tak lekang oleh zaman. Meskipun persaingan makin ketat dan dompet pembeli makin tipis, budaya saling berkirim parsel tetap menjadi momen spesial yang mendatangkan kebahagiaan—baik bagi yang menerima maupun para penjualnya seperti Rita dan Pian.