Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengungkapkan tantangan dalam merenovasi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Menurutnya, proyek ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu pengerjaan yang lama karena kompleksitas struktur serta nilai historis stadion tersebut.
“Justru ini menjadi tantangan besar. Renovasinya mahal dan memakan waktu lebih lama,” ujar Dody kepada wartawan di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (18/3/2025).
Tantangan Renovasi: Menjaga Nilai Sejarah
Dody menjelaskan bahwa Kanjuruhan merupakan stadion bersejarah yang tidak bisa dibangun ulang secara total. Pemerintah harus mempertahankan unsur-unsur yang memiliki nilai historis bagi sepak bola Indonesia, khususnya bagi masyarakat Malang dan suporter Arema FC.
“Kami harus berjuang keras dalam renovasi Kanjuruhan. Stadion ini menyimpan banyak kenangan, sehingga tidak bisa dihancurkan begitu saja,” ujarnya.
Selain itu, banyak bagian dari stadion yang sudah tidak layak secara struktural, sehingga perlu diperkuat agar sesuai dengan standar FIFA. Namun, renovasi harus dilakukan tanpa menghilangkan identitas asli stadion, termasuk keberadaan museum dan monumen yang ada di dalamnya.
“Stadion ini harus bersertifikat FIFA. Artinya, kualitasnya harus memenuhi standar internasional, tidak bisa sembarangan,” tambah Dody.
Dukungan FIFA dan Standarisasi Internasional
Sebelumnya, FIFA dan PSSI telah meninjau kondisi Stadion Kanjuruhan dan memastikan bahwa proses renovasi berjalan sesuai standar.
“Sudah dicek oleh FIFA, dan jika FIFA sudah menyetujui, maka PSSI juga sudah. Standar yang digunakan telah sesuai dengan ketentuan internasional,” jelas Dody saat melakukan peninjauan di Malang, Sabtu (18/1/2025).
Dengan pemenuhan standar FIFA, ia optimistis bahwa Stadion Kanjuruhan bisa menjadi salah satu venue pertandingan sepak bola internasional di masa depan.
“Insya Allah, stadion ini bisa digunakan untuk pertandingan tingkat internasional,” ujarnya.
Aspek Keselamatan Jadi Prioritas
Di sisi lain, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur, Airyn Saputri Harahap, menegaskan bahwa renovasi Stadion Kanjuruhan juga memperhatikan aspek keselamatan penonton. Salah satu fokus utama adalah jalur evakuasi yang sudah disimulasikan dan diterapkan dalam rekonstruksi stadion.
“Jalur evakuasi sudah kami rancang dengan standar yang tinggi. Target kami, dalam situasi darurat, penonton bisa keluar dari stadion dalam waktu tujuh menit,” kata Airyn.
Dengan adanya rekonstruksi sesuai standar FIFA, diharapkan Stadion Kanjuruhan tidak hanya lebih modern, tetapi juga lebih aman bagi seluruh penonton dan pemain yang bertanding di dalamnya.