Timnas Indonesia percaya diri menghadapi laga krusial melawan Australia dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga zona Asia, Kamis (20/3/2025), di Stadion Allianz, Sydney. Jika menang, Garuda akan menyalip Socceroos dan naik ke posisi kedua Grup C, yang merupakan zona lolos otomatis ke putaran final.
Indonesia terakhir kali mengalahkan Australia pada Agustus 1981, menang 1-0 dalam babak kualifikasi Piala Dunia. Sejak itu, Indonesia belum pernah menang dalam 10 pertemuan terakhir—delapan kali kalah dan dua kali imbang. Bahkan, terakhir kali Indonesia mampu mencetak gol ke gawang Australia terjadi pada Oktober 1984, saat kalah 1-2 di Merlion Cup.
Namun, kali ini situasinya berbeda. Skuad Garuda datang dengan optimisme tinggi, terutama setelah sukses menahan Australia 0-0 di pertemuan pertama di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada September 2024.
Thom Haye: Kami ke Sydney Bukan untuk Seri, tapi untuk Menang
Gelandang Thom Haye, dalam podcast pribadinya The Haye Way, menegaskan bahwa Indonesia tidak sekadar mencari hasil imbang di Sydney.
“Kami datang untuk menang, bukan hanya sekadar bertahan. Target kami adalah mengalahkan Australia, lalu meraih tiga poin lagi saat menghadapi Bahrain di Jakarta,” ujar Haye.
Kepercayaan diri ini semakin meningkat setelah Indonesia mengalahkan Arab Saudi 2-0 pada November 2024.
Transformasi Besar di Timnas: Pengaruh Kuat Belanda
Sejak masuknya Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala menggantikan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia mengalami transformasi besar dengan sentuhan Belanda. Selain Kluivert, PSSI juga menunjuk Jordi Cruyff, putra legenda Belanda Johan Cruyff, sebagai penasihat teknis Timnas.
Indonesia juga terus menambah talenta naturalisasi berdarah Belanda. Empat pemain baru yang dipanggil untuk menghadapi Australia adalah:
- Emil Audero (Palermo) – Kiper
- Dean James (Go Ahead Eagles) – Bek
- Joey Pelupessy (Lommel) – Gelandang
- Ole Romeny (Oxford United) – Penyerang
Kini, Indonesia memiliki 19 pemain naturalisasi dalam skuad berisi 29 pemain, menjadikannya salah satu tim dengan komposisi pemain diaspora terbanyak di Asia.
Australia Krisis Pemain Kunci, Indonesia Wajib Manfaatkan Peluang
Di sisi lain, Australia menghadapi masalah serius. Skuad asuhan Tony Popovic kehilangan beberapa pemain kunci akibat cedera dan performa buruk:
- Harry Souttar (bek tengah 1,98 meter) – Cedera
- Alessandro Circati (bek) – Cedera
- Jordan Bos, Ajdin Hrustic, Riley McGree, Massimo Luongo, Mitch Duke, Awer Mabil – Tidak dipanggil karena performa buruk
Presiden PSSI Erick Thohir menyoroti kondisi ini, tetapi tetap meminta Timnas Indonesia untuk tetap fokus.
“Australia memang sedang mengalami masalah dengan cedera dan kelelahan, tapi kami harus tetap waspada. Saya sudah mengingatkan pemain untuk tidak terpengaruh oleh faktor eksternal,” ujar Erick kepada Bola.com.
Mantan bintang Australia, Tim Cahill, juga mengakui perkembangan pesat Timnas Indonesia dan menyebut laga ini akan sangat sulit bagi Socceroos.
“Indonesia semakin kuat dan kini setara dengan tim seperti Saudi Arabia. Australia tidak bisa lagi menganggap mereka enteng,” kata Cahill, yang kini menjadi penasihat klub Johor Darul Ta’zim di Malaysia.
Sementara itu, striker Australia Adam Taggart juga menyadari bahwa Indonesia telah berkembang pesat dan bakal menjadi lawan yang menyulitkan.
“Ini adalah laga besar. Pertandingan seperti inilah alasan saya bermain sepak bola,” ujar Taggart di situs resmi Socceroos.
Persaingan Sengit di Grup C, Lolos ke Piala Dunia Tak Akan Mudah
Sejak beralih dari Konfederasi Sepak Bola Oseania (OFC) ke Asia (AFC) pada 2005, Australia selalu lolos ke Piala Dunia sejak edisi 2006. Namun, kali ini mereka menghadapi ancaman besar dari Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, dan China.
Jepang, yang memimpin klasemen dengan 16 poin dari enam laga, hampir pasti akan lolos otomatis. Sementara itu, perebutan posisi kedua antara Australia, Indonesia, Bahrain, dan China diprediksi akan berlangsung sengit hingga pertandingan terakhir.