Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu pagi (19/3/2025) dibuka optimis setelah sehari sebelumnya anjlok sampai 5%.
Pada Rabu pagi (19/3/2025) IHSG berada di level 6.000, yang diharapkan menjadi psikologis support bagi IHSG.
Oktavianus Audi, analis pasar modal dari Kiwoom Sekuritas, menilai jika penguatan hari ini tidak didorong volume transaksi, maka optimisme pasar yang belum tinggi bakal rentan karena kekhawatiran efeknya sementara masih tinggi.
“Skenario buruknya terjadi jika IHSG gagal bertahan di atas (level 6.000), maka potensi keberlanjutan dari pelemahan bisa terjadi,” kata Okta kepada inilah.com.
Menurut Okta, dengan menimbang faktor ekonomi makro dan kebijakan yang menjadi sentimen negatif untuk pasar, seperti defisit APBN mencapai 0,13% dari PDB, lalu risk premium Indonesia saat ini juga tergolong tinggi (CDS, FX risk) dan pemangkasan rating saham-saham Indonesia, seperti oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs, maka efek regulasi ini bersifat sementara atau jangka pendek, terlebih jika kinerja keuangan tidak membaik.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi, 18 Maret 2025, mengumumkan pembekuan sementara perdagangan atau trading halt dalam sistem perdagangan di BEI mulai pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System.
BEI dalam keterangannya menjelaskan keputusan ini diambil karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pertama jatuh sampai menyentuh angka 5 persen. Perdagangan dilanjutkan lagi pada pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan atau pembekuan dilakukan hanya 30 menit.
Langkah pembekuan sementara perdagangan berdasarkan surat keputusan Direksi BEI nomor Kep-00024/BEI/03-2020 pada 10 Maret 2020 perihal panduan penanganan kelangsungan perdagangan di BEI dalam kondisi darurat.