Ganti Nakhoda saat Laut Tenang, Erick Thohir Bikin Garuda Karam di Australia


Keputusan Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengganti pelatih Shin Tae-yong (STY) dengan Patrick Kluivert menuai kritik tajam. Langkah itu dinilai mengabaikan prinsip “Don’t Change a Winning Team” (jangan mengubah tim yang sedang menang) dan berujung petaka. 

Terbukti, Timnas Indonesia yang sempat berada dalam tren positif justru menderita kekalahan telak 1-5 dari Australia pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026​. Media Internasional hingga pengamat menyebut pergantian pelatih di tengah momentum baik sebagai kesalahan besar PSSI​.

Tren Positif Timnas di Bawah Shin Tae-yong

STY sejak awal 2020 membangun fondasi kuat Timnas Indonesia. Selama hampir 5 tahun masa kerjanya, pelatih asal Korea Selatan itu mencatat 57 laga bersama skuad senior dengan 26 kemenangan, 14 seri, dan 17 kekalahan (rasio menang 45,6%)​. Di tangannya, Timnas mencetak 106 gol dan kebobolan 75 gol​. Sejumlah kemenangan besar ditorehkan, termasuk skor 7-0 atas Nepal di kualifikasi Piala Asia 2023 dan 7-0 kontra Brunei di Piala AFF 2022​.

Puncaknya, Shin sukses mengakhiri penantian 17 tahun Indonesia untuk tampil di Piala Asia dengan lolos ke putaran final 2023, bahkan melaju hingga babak 16 besar (gugur oleh Australia)​. Di level regional, Indonesia era Shin menjadi runner-up Piala AFF 2020 dan konsisten bersaing di semifinal turnamen usia muda (SEA Games dan Piala Asia U23)​. Berkat rangkaian hasil positif ini, peringkat FIFA Indonesia meroket dari posisi 173 ke 127 selama kepemimpinan Shin​– kenaikan 46 tingkat yang signifikan.

Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2024). (Foto: Inilah.com/Nondo Adi)

Momentum positif tersebut membuat harapan publik melambung. Timnas asuhan Shin berhasil lolos ke putaran ketiga (round 3) Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, termasuk kemenangan 2-0 atas Arab Saudi sesuatu yang jarang dicapai Indonesia​. Dengan capaian itu, wajar jika muncul pepatah lama sepak bola “Don’t change a winning team” – artinya jangan merombak tim yang tengah berada di jalur kemenangan​. Namun, PSSI justru mengambil langkah sebaliknya.

“Padahal rasa optimisme kita sedang naik dan mimpi ke Piala Dunia itu semakin dekat. Please sudahi kegaduhan ini, harusnya tunggu STY selesaikan tugas sampai round 3 selesai,” ucap influencer dr Tirta dalam video reaksinya yang viral usai laga timnas melawan Australia, mewakili kekecewaan publik di media sosial​. Tagar #STYStay dan #SaveSTY sempat ramai, menandakan banyak suporter menolak Shin dilepas di tengah jalan​.

Alasan Kontroversial di Balik Pemecatan Shin

PSSI resmi mengumumkan pemberhentian Shin Tae-yong pada 6 Januari 2025. Erick Thohir menyatakan keputusan diambil setelah “evaluasi mendalam terkait performa dan dinamika di dalam tim nasional”​. Dalam konferensi pers, Erick berdalih perlu ada perubahan untuk meningkatkan efektivitas strategi dan komunikasi tim. “Kami melihat perlunya ada pemimpin yang bisa lebih menerapkan strategi yang disepakati para pemain,” ujarnya​. PSSI menekankan keputusan ini diambil demi kebaikan jangka panjang Timnas Indonesia​.

Meski begitu, banyak pihak menilai alasan tersebut janggal. Shin sebenarnya baru saja memperpanjang kontrak hingga 2027 berkat tren apik sebelumnya​. Isu yang mencuat, hasil kurang memuaskan di Piala AFF 2024 menjadi pemicu—Indonesia tersingkir di fase grup dengan skuad U-23 karena banyak pemain inti absen (turnamen tidak masuk kalender FIFA)​. 

Park Moon-sung, komentator Korsel mengungkap Shin menyetujui bahwa dalam AFF, Indonesia bawa skuad muda, tetapi ketika hasilnya buruk, Erick Thohir memutuskan memecat Shin Tae-yong. Hal tersebut tidak masuk akal,” mengutip kritik Park​. Secara implisit, Shin dianggap dikorbankan karena ambisi PSSI yang kurang sabar. 

Park Moon-sung bahkan menyebut keputusan itu “tidak masuk akal” dan menilai pesona Erick di media sosial berbeda dengan kenyataan​. Ia curiga ada motif politis: “karena prestasi Timnas meningkat, semua pujian diberikan kepada Shin, sementara Erick Thohir tidak mendapat perhatian yang sama”​. Pengamat menduga Erick ingin menempatkan orang pilihannya agar bila sukses, kredit kembali ke PSSI, bukan sepenuhnya ke Shin.

Patrick Kluivert Masuk, Rekam Jejak Dipertanyakan

Pada 12 Januari 2025, PSSI mengumumkan Patrick Kluivert sebagai nakhoda baru Timnas, sesuai bocoran pakar transfer Fabrizio Romano​. Legenda sepak bola Belanda berusia 48 tahun itu dikontrak 2 tahun (2025-2027) dengan opsi perpanjangan 2 tahun​Target yang dipatok tidak main-main: lolos ke Piala Dunia 2026​. Kluivert datang membawa dua asisten senegaranya, Alex Pastoor dan Denny Landzaat, dan memiliki sekitar 2 bulan untuk menyiapkan tim jelang debut laga kompetitif pada Maret​. 

Pelatih baru tim nasional Indonesia Patrick Kluivert mengenakan kopiah memperlihatkan jersei dalam jumpa pers di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Minggu (12/1/2025). (Foto: Inilah.com/Nondo)
Patrick Kluivert, legenda Belanda yang ditunjuk melatih Indonesia, memiliki nama besar sebagai pemain namun rekam jejak kepelatihannya minim prestasi

​Penunjukan Kluivert disambut dingin oleh mayoritas pecinta sepak bola nasional. Pasalnya, karier kepelatihan Kluivert belum secemerlang kariernya sebagai pemain. Ia pernah menjadi asisten pelatih di Belanda dan Kamerun, serta sempat melatih Curacao​. Jabatan pelatih klub terakhirnya di Turki berakhir buruk – Kluivert dipecat dari Adana Demirspor pada Desember 2024 dengan catatan hanya 8 kemenangan, 6 seri, dan 6 kalah dari 20 laga​. Rekam jejak yang kurang mentereng ini membuat fans ragu. Bahkan legenda Belanda itu pernah tersandung kasus judi di masa lalunya, menambah skeptisisme publik​

Mayoritas dari mereka tak memberi sambutan baik atas kedatangan Kluivert” tulis Antara, menyoroti respons suporter yang khawatir penunjukan ini hanya berdasar nama besar semata​

Kekalahan Telak 1-5 di Sydney Jadi Bukti

Laga perdana Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala berlangsung 20 Maret 2025 melawan Australia di Sydney Football Stadium. Hasilnya menjadi mimpi buruk: Timnas Indonesia dilibas 1-5 oleh Australia​. Dalam pertandingan ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu, Australia sudah unggul 3-0 di babak pertama lewat gol cepat Martin Boyle (menit 18) dan Nishan Velupillay (20’), ditambah gol Jackson Irvine (34’)​.

Indonesia sebenarnya sempat mendapatkan penalti di menit ke-8 dan mampu mendominasi penguasaan bola hingga 64% di paruh pertama, namun gagal memanfaatkan peluang​. Gawang Garuda kembali kebobolan di babak kedua melalui Lewis Miller (61’) dan gol kedua Irvine (90’)​. Tim asuhan Kluivert hanya mampu membalas satu gol hiburan lewat striker naturalisasi Ole Romeny pada menit ke-78​.

Kekalahan telak ini tak hanya menghambat laju Indonesia di kualifikasi, tapi juga menegaskan dampak negatif pergantian pelatih mendadak. Secara permainan, terlihat jelas skuad Merah Putih kehilangan soliditas yang dibangun di era Shin.  Alih-alih kemenangan yang dibawa pulang, Indonesia justru bermain dengan total blunder dalam bertahan. Dua bek andalan naturalisasi, Mees Hilgers dan Sandy Walsh, bahkan tumbang cedera di laga ini​.

Kekalahan tersebut membuat Indonesia turun ke peringkat 3 Grup C dengan hanya mengoleksi 6 poin dari 7 pertandingan​Posisi ini menyulitkan peluang lolos otomatis, berbanding terbalik dengan optimisme sebelum pergantian pelatih.

“Jangan Ubah Tim yang Sedang Menang” – Kritik dan Reaksi Publik

Kekalahan di Sydney memicu gelombang kritik terhadap Erick Thohir dan PSSI. Keputusan mengganti Shin Tae-yong saat tim tengah menanjak dianggap sebuah blunder fatal. Sejumlah media asing ikut menyoroti. Media China terang-terangan menyindir bahwa jika hasil akhirnya seperti ini, “lebih baik Timnas Indonesia tidak perlu susah payah mengganti Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert”​. Komentator Korea Selatan, Park Moon-sung, mengecam di kanal YouTube-nya: “banyak yang menilai pemecatan Shin Tae-yong adalah kesalahan besar” dan tak habis pikir Shin dipecat hanya gara-gara hasil AFF yang sebetulnya bisa dimaklumi​. Park juga menuding keputusan Erick inkonsisten: di depan publik seolah mendukung Shin, tapi diam-diam justru memecatnya​

Reaksi keras juga datang dari suporter dan pemerhati sepak bola nasional. Kolom komentar Instagram Erick Thohir dibanjiri protes warganet sejak rumor pemecatan muncul awal Januari. Ribuan komentar bernada kecewa menghiasi unggahan Erick, bahkan saat ia mencoba mengalihkan dengan kabar lain​. 

Tagar #STYStay viral sebagai bentuk solidaritas fans agar Shin dipertahankan​. Mantan pemain Timnas dan pengamat independen pun angkat suara mengingatkan pentingnya konsistensi.

Gaya Kepemimpinan Erick Thohir Dipertanyakan

Kasus ini menyorot gaya manajemen Erick Thohir sebagai pimpinan PSSI. Erick, yang juga figur politisi (Menteri BUMN) dan pengusaha, dikenal aktif membangun citra positif PSSI di media sosial. Namun, sebagian pihak menilai keputusan strategis PSSI sering dipengaruhi kepentingan jangka pendek dan pencitraan​

Park Moon-sung menyebut Erick sosok “yang tidak bisa ditebak” – di satu sisi kerap mengumbar rencana besar di depan publik, tapi di sisi lain mengambil langkah berbeda secara internal​

Pergantian pelatih ini dianggap contoh nyata: publik diberi harapan dengan kontinuitas Shin (sempat ada pembicaraan perpanjangan kontrak), tapi kemudian dikejutkan dengan pemecatan mendadak. Faktor ego dan politik diduga kuat bermain, apalagi Shin yang sukses membuat tim berprestasi justru lebih dielu-elukan daripada petinggi federasi​.

Dengan masa persiapan yang amat minim jelang menghadapi Bahrain, Selasa (25/3/2025), di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Erick Thohir bersama Kluivert perlu memugar ulang ambisinya untuk mengubah Indonesia menjadi tim menyerang dalam waktu mepet. Apalagi Bahrain sudah membuktikan diri sebagai tim yang amat pragmatis dengan pertahanan kokoh.