Rencana kebijakan Prabowo dalam membuka 300 fakultas kedokteran baru di seluruh Indonesia menuai kritik dari Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Moh. Adib Khumaidi. Dia menilai bahwa kebijakan tersebut sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan dokter di Indonesia.
“300 Fakultas Kedokteran itu sangat, sangat berlebihan,” ujarnya dalam temu media virtual, Jakarta, Senin (05/02/2024).
Masih menurut Adib, berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), jumlah dokter yang sudah teregistrasi hingga tahun 2024 adalah sekitar 226.190 orang, terdiri dari 173.247 dokter umum dan 52.843 dokter spesialis.
Sementara itu, berdasarkan estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kebutuhan dokter di Indonesia dengan jumlah penduduk 275 juta jiwa adalah sekitar 275 ribu dokter.
Sebelumnya juga diketahui bahwa 2023, jumlah dokter sekitar 204 ribu, kemudian 2024 mengalami kenaikan, pertambahannya dari 204 ribu menjadi 226 ribu.
“Kalau kita melihat produksi dokter per tahun (dokter umum), maka ada produksi 12 ribu dokter umum pertahun dari 92 fakultas kedokteran yang saat ini sudah bertambah, 92 + 15 fakultas kedokteran baru yang sudah diberikan surat keterangan untuk menjalankan tes pendidikan kedokteran,” jelasnya.
Dari akumulasi data yang ada, bahwa jumlah dokter yang masih dibutuhkan oleh Indonesia sudah dapat dipenuhi dalam 5 tahun ke depan.
“Artinya, kita masih kekurangan sekitar 60 ribu dokter. Namun, jika kita melihat produksi dokter per tahun, maka kita bisa memenuhi kekurangan tersebut dalam waktu lima tahun ke depan. Saat ini, ada 107 fakultas kedokteran yang beroperasi, dengan asumsi jumlah mahasiswa per fakultas adalah 50-200 orang,” paparnya
Berkaca pada data tersebut, Adib juga menyampaikan bahwa jumlah fakultas kedokteran saat ini sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan dokter yang kurang.
“Kalau kita bicara data dari 275 ribu dokter yang dibutuhkan, maka sebenarnya yang kita butuhkan saat ini, dokter sekitar hampir 60 ribu dokter, nanti 15 fakultas kedokteran juga akan produksi, maka 5 tahun lagi kita sudah dapat memenuhi kekurangan dari 60 ribu ini,” timpalnya.
Dengan demikian, menurut Adib, tidak ada alasan untuk membuka 300 fakultas kedokteran baru lagi, karena hal itu akan membuat supply dokter berlebih dan tidak seimbang dengan demand dokter di lapangan.
Apalagi, distribusi dokter di Indonesia masih timpang, dengan mayoritas dokter berada di wilayah Indonesia bagian barat.
“Jangan sampai kita membuka fakultas kedokteran tanpa mengetahui kebutuhan dokter. Karena kalau tidak tepat untuk memperhitungkan kebutuhan dokter, maka akan muncul lima tahun ke depan, bahkan sebelum lima tahun, supply dokter akan berlebih,” tuturnya.
Adib berharap calon presiden agar lebih fokus pada peningkatan kualitas dan aksesibilitas pendidikan kedokteran, serta pemerataan distribusi dokter di seluruh Indonesia.
Leave a Reply
Lihat Komentar