Seperti Apa Rasanya Sakit Kepala Akibat Hipertensi dan Bagaimana Menghentikannya?


Sakit kepala dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti stres, dehidrasi, kurang tidur. Tetapi tahukah Anda bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) juga dapat memicu sakit kepala parah? Seperti apa rasa sakitnya?

Sakit kepala akibat tekanan darah tinggi terasa berbeda dari sakit kepala biasa dan dapat menjadi tanda peringatan kondisi yang lebih serius. “Biasanya, hipertensi tidak secara langsung menimbulkan gejala. Jika tekanan darah sangat tinggi, dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, kelelahan, atau gejala visual,” demikian laporan Harvard.

Bagaimana Rasanya Sakit Kepala Akibat Hipertensi?

Sakit kepala akibat tekanan darah tinggi memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dari sakit kepala biasa atau migrain. Ada beberapa gambaran umum rasa sakitnya:

  • Rasa sakit yang berdenyut dan menyakitkan yang sering dialami di bagian belakang kepala, tepat di atas dasar tengkorak.
  • Perasaan tertekan dan terkekang. Beberapa orang menyebutnya seperti ada pita yang melilit kepala.
  • Sakit kepala ini cenderung memburuk saat bangun tidur.
  • Tekanan darah tinggi mengganggu sirkulasi, sehingga menyebabkan gangguan penglihatan.
  • Sensasi berdenyut terutama jika tekanan darah sangat tinggi.
  • Tidak membaik dengan obat pereda nyeri biasa. Obat yang dijual bebas mungkin tidak memberikan banyak bantuan atau tidak sama sekali.
  • Sakit kepala ini lebih sering terjadi ketika tekanan darah menjadi sangat tinggi, biasanya di atas 180/120 mmHg (krisis hipertensi), yang memerlukan perawatan medis segera.

Mengapa hal ini Terjadi?

Sakit kepala akibat hipertensi terjadi karena meningkatnya tekanan pada pembuluh darah otak. Ketika tekanan darah meningkat secara signifikan, hal itu dapat menyebabkan vasodilatasi, yaitu melebarnya pembuluh darah di otak, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan rasa sakit. Aliran darah yang terbatas dapat membuat jaringan otak kekurangan oksigen, sehingga memicu sakit kepala.

Mengutip Times of India, ada beberapa cara menghentikan sakit kepala akibat tekanan darah tinggi secara instan. Misalnya Anda dapat mencoba bernapas perlahan membantu merelaksasikan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Tarik napas dalam-dalam selama 5 detik, tahan selama 5 detik, dan hembuskan perlahan selama 5 detik. Ulangi selama 2-5 menit hingga Anda merasa lega.

Anda juga dapat mencoba untuk minum segelas air untuk meningkatkan sirkulasi dan membantu mengatur tekanan darah. Anda juga dapat menggunakan kompres dingin atau hangat selama 15-20 menit di pangkal leher atau dahi.

Terkadang tekanan darah meningkat karena kebisingan dan cahaya. Cari tempat yang tenang, redupkan lampu, dan beristirahatlah dengan kepala sedikit terangkat. Ini membantu mengurangi tekanan di otak dan meredakan ketidaknyamanan.

Otot yang tegang dapat memperburuk sakit kepala. Pijatan lembut di pelipis, leher, dan bahu dapat meningkatkan sirkulasi dan relaksasi. Teh herbal tertentu, seperti kamomil, kembang sepatu, atau teh jahe, memiliki efek penurun tekanan darah alami. Menyeruput teh hangat perlahan-lahan dapat membantu merelaksasikan tubuh. Hindari kafein dan natrium berlebihan.

Ada baiknya Anda mencoba mengendalikan tekanan darah tinggi dalam jangka panjang. Misalnya dengan meningkatkan asupan makanan kaya kalium seperti pisang, bayam, ubi jalar, dan jeruk. 

Lakukan pula aktivitas fisik untuk memperkuat jantung, sehingga lebih mudah memompa darah tanpa meningkatkan tekanan. Cobalah jalan cepat selama 30 menit setiap hari, yoga atau peregangan, dan berenang atau bersepeda.

Tidurlah dengan waktu cukup karena kurang tidur meningkatkan hormon stres, yang meningkatkan tekanan darah. Pertahankan rutinitas tidur yang konsisten selama 7-8 jam per malam.

Sakit kepala akibat tekanan darah tinggi terkadang dapat mengindikasikan kondisi serius seperti krisis hipertensi atau stroke. Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami tekanan darah di atas 180/120 mmHg, sakit kepala parah disertai nyeri dada, masalah penglihatan atau kebingungan mendadak, dan kesulitan berbicara atau mati rasa di satu sisi tubuh.