Perpaduan persenjataan baru dan lama telah mengubah dinamika medan perang yang terjadi di Ukraina. Beberapa taktik baru sedang dikembangkan dan sistem persenjataan lama yang selama ini dianggap efektif kembali diterapkan.
Ukraina telah berperang selama dua tahun untuk membebaskan wilayahnya dan memukul mundur Rusia. Namun kekuatan militer, taktik dan medan perang yang sulit membuat serangan balasan Ukraina hanya membuahkan sedikit hasil nyata. Bagaimana kekuatan militer terkini kedua negara yang tengah berperang ini?
Rusia mempunyai waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan pertahanannya. Baris demi baris parit, penghalang anti-tank, dan bunker yang diperkuat telah membentuk penghalang, seringkali dalam beberapa kilometer, yang secara efektif menahan pasukan Ukraina ketika mereka berulang kali mencoba menerobosnya.
Sementara serangan balasan dari Ukraina telah berubah menjadi peperangan yang lambat dan bersifat attrisional. Ini karena strategi Rusia. Kualitas tentara Rusia mungkin bisa dipertanyakan, namun mereka masih mampu memperlambat kemajuan Ukraina. Termasuk bantuan drone pengintai yang mampu menghentikan militer Ukraina untuk melakukan serangan mendadak.
Meski begitu, perpaduan persenjataan baru dan lama telah mengubah dinamika medan perang yang terjadi di Ukraina. Beberapa taktik baru sedang dikembangkan dan sistem persenjataan lama yang selama ini dianggap efektif kembali diterapkan seperti penggunaan tank.
![post-cover](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/02/Tank_Leopard_2_A6_ac213a0f82.jpg)
Mengandalkan Lebih Banyak Drone
Drone telah menjadi bagian integral dari kedua pihak dalam perang ini. Rusia sangat terlambat untuk mengadopsi penggunaannya dan harus menanggung akibatnya karena upaya militernya untuk mengejutkan Ukraina gagal. Drone kecil milik Ukraina digunakan untuk menjatuhkan granat ke posisi Rusia, sehingga melemahkan semangat pasukan yang terjebak di parit dan lubang perlindungan. Artileri Ukraina menggunakannya untuk dengan cepat mengatur tembakan secara real-time, menangkap pasukan dan tank Rusia.
Pasukan Moskow, seiring berjalannya waktu, menerapkan pelajaran yang sama dan membalikkan keadaan. Kini unit-unit Ukraina yang teridentifikasi sedang bergerak maju dihancurkan oleh serangan artileri Rusia.
Kedua pihak yang bersaing telah menyadari manfaat tidak hanya dari drone pengintai, tetapi juga drone jarak jauh yang dapat digunakan untuk menyerang sasaran berharga jauh di belakang garis musuh. Rusia telah menggunakan ratusan drone Shahed-136 yang diimpor Iran sebagai rudal jelajah murah.
Meski terbang lambat, mereka berfungsi melemahkan pertahanan udara Ukraina, menghabiskan persediaan rudal Ukraina karena kombinasi serangan drone dan rudal balistik terus mengikis kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri.
Ukraina telah memetik pelajaran bahwa banyak drone bersenjata yang murah dan efektif berguna dalam perang. Ukraina merencanakan produksi massal drone yang dapat menghancurkan target hingga 1.000 km (620 mil) jauhnya, yang secara teoritis mampu menjangkau Moskow dan St. Petersburg. Yang lebih penting lagi, pangkalan militer, fasilitas pelabuhan, depo kereta api, dan barak kini berpotensi menjadi sasaran serangan, sehingga semakin memperumit tantangan logistik Rusia dalam memasok pasukannya di garis depan.
Untuk memberikan gambaran tentang ketergantungan pada drone, Mykhailo Fedorov, wakil perdana menteri Ukraina, mengatakan bahwa pada 2023 saja, produksi drone dalam negeri meningkat menjadi 300.000 drone, dan jumlah ini belum termasuk sumbangan asing. Target tahun ini adalah membuat lebih dari satu juta drone, dengan setidaknya separuh komponennya dibuat di dalam negeri, dalam upaya mengimbangi berkurangnya dukungan Amerika Serikat terhadap Ukraina.
![post-cover](https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/02/Screenshot_2024_02_22_175747_f4cb3e07b9.png)
Industri Dalam Negeri Menjadi Kunci
Terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu AS, dukungan terhadap Ukraina telah berkurang. Ini karena tekanan di dalam negeri serta serangan Israel di Gaza yang telah menyedot dukungan dan sumber daya AS.
Ukraina tidak mendapatkan bantuan militer yang sangat dibutuhkannya karena Rusia menempatkan perekonomiannya pada kondisi perang yang ringan, dan kini mengalokasikan 6,5 persen dari total anggarannya untuk mengganti kerugian besar di medan perang.
Sebuah perkiraan, yang diterbitkan bulan ini oleh lembaga pemikir Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan Rusia kini dapat memproduksi 125 tank per bulan, lebih dari cukup untuk menggantikan tank yang hancur dalam pertempuran baru-baru ini.
Sementara bagi Ukraina, anggota NATO di Eropa semakin diandalkan untuk menutupi potensi kekurangan bantuan militer AS. Ukraina juga menilai meningkatkan manufaktur pertahanan di dalam negeri dalam bentuk drone dan amunisi artileri kini dianggap sebagai prioritas nasional. Perhitungan brutal menunjukkan bahwa Ukraina membutuhkan tambahan 240.000 peluru setiap bulannya untuk mengimbangi Rusia.
Karena sebagian besar pertempuran dilakukan dalam jarak jauh, artileri adalah kunci bagi kedua belah pihak. Industri Rusia telah secara signifikan meningkatkan produksi peluru artileri dan sistem peluncuran ganda (MLRS), bersamaan dengan impor besar amunisi artileri dan rudal balistik Korea Utara.
Rusia kini mampu menembakkan lima peluru untuk setiap satu peluru Ukraina. Para pembela Ukraina yang putus asa di beberapa wilayah kini terpaksa menembakkan beberapa peluru dalam sehari, hanya untuk mencegah kekalahan.
Leave a Reply
Lihat Komentar