KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan bagaimana cara membuktikan jatuhnya 1 Syawal. Hal ini dinilai sangat penting karena setiap akhir Ramadan, umat Muslim kerap dibingungkan dengan awal Hari Raya Lebaran yang berbeda tanggal.
“Sebenarnya mudah saja bab penentuan awal Syawal. Orang yang meributkan awal bulan nanti diminta melihat bulan di tanggal 15 (Hijriyah). Sekarang dihitung saja. Model awam saja, tidak perlu belajar falak,” ujar Gus Baha.
Dirinya pun meminta untuk tidak meributkan soal Hari Raya Idul Fitri yang jatuh harinya berbeda. Karena masing-masing memiliki ilmu yang berbeda dalam menentukan pergantian bulan.
Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3IA Rembang ini mengatakan, secara teori falak, Allah membuat bulan ada yang sebanyak 29 hari atau 30 hari, bahkan 31 hari. Dengan begitu, sejak awal potensi perbedaan itu memang telah ada.
“Jadi cobalah mencintai ilmu, jangan suka bertengkar. Perkara awal Syawal saja kok bertengkar,” katanya.
Adapun cara yang diajarkan yakni cukup melihat bulan pada tanggal 15 Hijriyah yang diyakininya, apakah bulan sudah menunjukkan kesempurnaannya atau belum. Jika tanggal 15 belum purnama, berarti besok atau lusa. Atau sebaliknya, jika tanggal 15 ternyata bulan telah menyusut, maka 1 Syawal jatuh pada hari sebelumnya.
“Sebenarnya ini perangkat awam, yang bisa memperlihatkan siapa di antara pihak-pihak yang mengemukakan pendapat yang benar. Sebenarnya tidak masalah menurut teori Falak. Bagi orang yang tidak menekuni ilmu Falak, biasanya suka bilang, ‘sesama Islam kok beda lebarannya’,” ucapnya.
“Memang kalau sama-sama Islam pikirannya harus sama? Orang yang berpikir seperti ini, secara ilmu demokrasi saja sudah salah. Kan tidak harus sama meskipun agamanya sama. Itu sunnatullah. Cobalah percaya ilmu, jangan banyak bicara,” lanjutnya.
Leave a Reply
Lihat Komentar