Seorang remaja laki-laki Palestina, bernama Mohammad Salhab Tamimi, menjadi salah satu tahanan yang dibebaskan Israel di tengah gencatan senjata di Jalur Gaza.
Tamimi berhasil kembali berkumpul bersama keluarganya setelah mendekam di Penjara Rimon selama delapan bulan. Ia pun menceritakan kekejaman pasukan militer Israel sebelum dilepaskan di Kota Ramallah.
Pada Senin (27/11/2023), penjaga Penjara Rimon menyuruh Tamimi untuk bersiap-siap karena hendak ditransfer ke Penjara Ofer yang berada di sekitar Kota Ramallah. Para tahanan warga Palestina itu dibebaskan dari Penjara Ofer.
Namun, kata Tamimi, penjaga tidak menjelaskan alasannya.
Ia hanya disuruh untuk melucutkan pakaiannya dan menggantinya dengan setelan pakaian penjara berwarna abu-abu, serta membawa seluruh barang bawaannya.
“Saya menaruh pakaian saya di kantong plastik dan berjalan ke pintu sel di mana mereka memborgol saya dan memaksa saya untuk menundukkan kepala sehingga saya hanya melihat ke tanah,” kata Salhab Tamimi, seperti diberitakan Al Jazeera, Rabu (29/11/2023).
Tidak sampai di situ. Penjaga penjara itu juga melakukan kekerasan fisik dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Tamimi yang menjadi salah satu tahanan di Israel.
“Petugas itu menendang saya dengan keras. Sepatu botnya ada besinya, jadi rasanya seperti dia menghancurkan kaki saya. Rasanya sangat menyakitkan,” ungkapnya.
“Dia menyeret saya ke halaman penjara, tapi saat dia membawa saya keluar penjara, dia berhenti untuk mengambil pakaian dari saya dan melemparnya ke tumpukan sampah,” lanjutnya.
“Kemudian, mengutuk saya dengan kata-kata cabul, dia menyeretku keluar,” ucap Tamimi.
Salhab Tamimi kemudian masuk ke dalam mobil khusus yang membawa tahanan. Mobil yang disebut bosta itu dilengkapi dengan jendela yang tidak tembus pandang, kursi besi yang bisa merantai para tahanan.
Ketika dalam perjalanan menuju Penjara Ofer, Tamimi mengatakan mobil tidak melakukan pemberhentian agar bisa rehat sejenak.
“Saya ditahan di sel kendaraan tanpa apa pun untuk dimakan atau diminum hingga lewat tengah malam,” ujarnya.
Tamimi pun disambut oleh keluarganya yang telah menunggu di luar Penjara Ofer. Senyuman terukir di wajah keluarganya ketika menyambut kembali anak laki-lakinya itu.
Tamimi pun ikut keluarganya pulang ke Hebron yang berada di selatan Tepi Barat. Namun, mereka tidak bisa merayakan kepulangannya karena dilarang oleh Israel.
“Bilang kepada teman-temanmu,” kata Tamimi mengulang ucapan penjaga penjara Israel. “Jika kami merayakan besar-besaran, saya akan kembali ke penjara.”
Salhab Tamimi menjadi salah satu dari ratusan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas, sebanyak 210 tahanan Palestina telah dibebaskan. Sementara, Hamas juga melepaskan sebanyak 70 warga negara Israel dan 27 warga negara asing.
Israel dan kelompok Hamas sedang melakukan gencatan senjata yang sedang diperpanjang pada hari ini, Kamis (30/11/2023). Ini merupakan perpanjangan kedua sejak dimulai pada 24 November lalu.
Gencatan senjata pertama telah berlangsung selama empat hari pada 24-27 November, lalu diikuti perpanjangan tahap pertama pada 28-29 November.
Kesepakatan gencatan senjata ini muncul usai nyaris dua bulan Israel menggempur Palestina. Selama agresi, mereka menyerang warga dan objek sipil.
Imbas serangan Israel, lebih dari 15.000 warga di Palestina tewas. Korban jiwa itu didominasi oleh perempuan dan anak-anak.
Leave a Reply
Lihat Komentar