![](https://www.inilah.com/_next/image?url=https%3A%2F%2Fc.inilah.com%2Freborn%2F2023%2F12%2Fjurnalis_gaza_2128bddbcf.jpg&w=3840&q=75)
Duka para kerabat, kolega, dan keluarga dua jurnalis Palestina, Sari Mansour dan Hasona Saliem, yang terbunuh dalam serangan brutal Israel, saat upacara pemakaman di Deir al-Balah, Gaza pada 19 November 2023. [foto: Anadolu Agency]
Sebanyak 75 jurnalis dan pekerja media Palestina tewas selama agresi Israel di Jalur Gaza sejak dua bulan terakhir.
Sindikat Jurnalis Palestina menyebut tindakan Israel yang menargetkan jurnalis adalah upaya pasukan pendudukan untuk mengaburkan kebenaran tentang kejahatan, pembantaian, pendudukan terhadap warga Palestina yang tak bersalah, properti, rumah sakit, sekolah, gereja dan masjid.
Mengutip Middle East Monitor, Jumat (8/12/2023), kelompok itu mendesak komunitas internasional untuk segera melakukan intervensi demi melindungi jurnalis yang bekerja di zona perang.
Jurnalis peliput agresi Israel di Palestina pun mengaku kian putus asa sebab dokumentasi kebrutalan negara Zionis selama dua bulan terakhir ini belum juga membuat dunia bisa menghentikan agresi Tel Aviv.
Salah satunya diungkapkan pewarta foto di Gaza, Ismail Jood, yang mengaku bingung harus meliput suasana pilu seperti apa lagi supaya bisa mendorong upaya penghentian agresi Israel.
“Kami tidak mengerti apa lagi yang harus kami dokumentasikan, agar bisa menghentikan perang di Gaza,” ungkap Jood dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.
“Hari ini, lebih dari 50 orang yang tidak ada hubungannya dengan perang terbunuh begitu saja. Anak-anak, perempuan, lansia. Jujur saja, kami tidak tahu apa lagi yang bisa kami katakan dari sini,” imbuhnya.
Israel memulai agresinya di Jalur Gaza sejak dua bulan terakhir. Selama serangan-serangan ini, lebih dari 17.400 warga di Gaza tewas termasuk perempuan dan anak-anak.
Leave a Reply
Lihat Komentar