Krisis Properti China Semakin Dalam, Ekonom: Hati-hati Indonesia Nyusul

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, krisis properti di Cina sangat memengaruhi perekonomian Indonesia. Bahaya untuk ekonomi Indonesia.

Pasalnya, kata Faisal, kinerja ekspor Indonesia masih bergantung pada negara tirai mambu tersebut. Berdasarkan hasil estimasi jangka panjang atau sampai 10 tahun ke depan, kenaikan 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Cina bisa menumbuhkan ekspor Indonesia sebesar 37,6 persen.

“Ini bukan main-main, karena properti di Cina itu menyumbang 24 hingga 30 persen PDB Cina,” ujar Faisal dalam acara seminar CORE Economic Outlook 2024, di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023).

Faisal menjelaskan, Cina merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar bagi perekonomian dunia. “Dan kita tahu, Cina sendiri menyumbang pertumbuhan ekonomi dunia selama 10 tahun terakhir kurang lebih 41 persen. Ini jauh lebih besar daripada Amerika Serikat sebesar 22 persen atau Eropa 9 persen.”

Menurutnya, perlambatan ekonomi Cina tidak hanya berimplikasi pada kinerja ekspor-impor Indonesia tahun depan, melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, kata Faisal, Indonesia masih perlu melakukan diversifikasi ekspor agar tidak bergantung pada negara mitra dagang utama seperti Cina.

“Kita perlu mewaspadai ketergantungan terhadap pasar Tiongkok menjadi semakin tinggi. Selama ini kita selalu suarakan pentingnya diversifikasi ekspor,” tuturnya.

Adapun selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2020 saat pandemi Covid-19, ekspor Indonesia ke Cina rata-rata tumbuh 24 persen per tahun, sementara ekspor ke negara lain tumbuh 6,26 persen.
 

Sumber: Inilah.com