Terkait terbakarnya mesin pesawat Boeing 747-400 milik PT Garuda Indonesia (Persero/GIAA) Tbk, bernomor penerbangan GA 1105 pada Rabu (15/5/2024), perlu dilakukan inspeksi total terhadap mesin pesawat.
Hal itu disampaikan pengamat penerbangan, Alvin Lie kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (16/5/2024). “Perlu kita ketahui bahwa sebuah pesawat, mesinnya bisa diganti-ganti. Tidak selamanya menggunakan mesin yang sama,” kata Alvin.
Dalam hal ini, kata Alvin, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh atas mesin pesawat Garuda yang membawa jemaah haji embarkasi Makassar itu. Karena, KNKT memiliki sumberdaya teknis.
Sedangkan pemeriksaan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) biasanya sebatas dokumen dan sertifikasi pesawat serta pendukung lainnya.
“Kita perlu cari informasi tentang riwayat perawatan mesin. Sudah berapa jam dipakai? Apakah ada riwayat masalah berulang? Kapan terakhir perawatan rutin? Siapa yang melakukan perawatan/perbaikan? Suku cadang apa saja yang terakhir diganti? apakah ada komponen-komponen mesin yang sudah mendekati akhir masa penggunaannya? Dari sana baru kemudian diperdalam, untuk mencari sumber masalah yang memicu kebakaran mesin,” papar Alvin.
Hasil investigasii KNKT ini, lanjut Alvin, tentunya dilaporkan ke Menteri Perhubungan (Menhub). Sehingga bisa diperoleh kesimpulan yang berguna sebagai rujukan rekomendasi perbaikan atau pencegahan terulangnya peristiwa serupa.
Mengingatkan saja, pesawat Garuda nahas itu, membawa 450 jemaah haji asal Gowa, Sekitar pukul 15.30 WITA, Rabu (15/5/2024), pesawat Garuda bernomor penerbangan GA 1105 yang membawa 450 jemaah haji asal Gowa, lepas landas dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sekitar 10 menit berselang, mesin nomor 4 di sayap sebelah kanan tiba-tiba terbakar. Secepat kilat, pilot memutuskan emergency landing or Return To Base (RTB) alias pendaratan darurat kembali ke Bandara Sultan Hasanuddin.
Sebelum mendarat, pesawat harus berputar di udara untuk mengurangi bahan bakar demi keamanan pendaratan darurat. Proses ini memakan waktu hampir dua jam.