Ekonom senior Raden Pardede, kalangan generasi Z (Gen Z), lebih menyukai pekerjaan fleksibel yang bisa digarap di rumah. Saat ini, infrastruktur perekonomian Indonesia belum memadai untuk menopang kebutuhan tersebut.
“Kalau memang mau bekerja seperti itu, artinya sektor ekonomi harus diperkuat dengan teknologi,” ujar Raden di Jakarta, Selasa (21/5/2024).
Pernyataan Raden selaras dengan temuan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 9,9 juta penduduk berusia 15-25 tahun atau Gen Z tidak mengikuti pendidikan, pekerjaan, dan pelatihan alias menganggur. Data survei diambil dalam rentang 2021-2022.
Dari nyaris 10 juta gen Z yang menganggur itu, didominasi perempuan sebanyak 5,73 juta orang. Sisanya yang 4,17 juta adalah laki-laki. Sangat disayangkan karena mereka adalah para anak muda yang lahir pada 1997-2012.
Raden merekomendasikan pemerintahan baru yang dipimpin Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja produktif. Penting untuk mendorong kemandirian masyarakat.
“Sampai saat ini, pemerintah terus memberikan bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat miskin. Tapiapakah kita terus-terusan mampu melakukan ini? Yang baik adalah menciptakan lapangan kerja produktif. Jadi, tidak hanya memberikan bantuan, tapi juga lapangan kerja,” kata Raden.
Jika hanya sedikit porsi Gen Z yang terserap pekerjaan formal, kata Raden, akan berdampak kepada penerimaan pajak. Karena, sektor informal sulit dikenakan pajak. Belum lagi sektor informal tidak terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan.
“Jadi, tantangannya adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja yang produktif,” tutur Raden.
Pasalnya, perekonomian terus mengalami gejolak, termasuk pada sektor pangan. Fenomena El Nino yang merupakan efek dari perubahan iklim telah memengaruhi produktivitas pertanian yang berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas pangan.
Di sisi lain, konflik geopolitik masih tereskalasi, menyebabkan fluktuasi pada harga minyak. Bila harga minyak meningkat, maka biaya subsidi yang perlu digelontorkan pemerintah turut terkerek, dan berpotensi semakin membebani fiskal negara.
Realitas lain di bidang lapangan kerja Indonesia adalah generasi muda yang kian sulit mendapatkan akses ke pekerjaan formal. Menurutnya, salah satu faktor penyebab kondisi ini adalah perubahan gaya kerja generasi muda.