Kanal

Abdel Fattah Al-Sisi dalam Bahaya, Militer Bisa Jadi Bencana di Mesir

Sejak runtuhnya perekonomian Mesir, pers Barat banyak berbicara tentang satu tersangka utama, yaitu Tentara Mesir. Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dalam posisi sangat sulit, menghadapi kemarahan Angkatan Darat, rakyat yang kesulitan, dan tekanan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Dalam perjanjian baru yang dibuat oleh Mesir dan IMF, ada syarat yang jelas, yaitu perusahaan-perusahaan Angkatan Darat secara bertahap harus menarik diri dari perekonomian Mesir. Sekaligus memberikan lebih banyak ruang kepada sektor swasta untuk memainkan peran lebih besar sehingga akan menarik investasi dan mendapatkan mata uang asing.

Ini adalah tantangan besar bagi Al-Sisi, yang telah mengizinkan Angkatan Darat untuk menembus perekonomian dan sektor bisnis di Mesir. Dalam sebuah laporan penting, Dewan Redaksi Surat Kabar British Financial Times mengangkat beratnya tanggung jawab yang dipikul rezim otokratis Al-Sisi sehubungan dengan runtuhnya ekonomi Mesir. Kemudian menghubungkan hal ini dengan fakta bahwa Al-Sisi harus mengambil alih pengelolaan sebuah negara yang melebihi kemampuannya.

Surat kabar Inggris yang menjadi salah satu sumber bacaan para ekonom dan pebisnis di dunia ini percaya bahwa Angkatan Darat, yang diberikan Al-Sisi semua kekuatan untuk memonopoli ekonomi dan mengendalikan berbagai sektornya, telah menjadi beban dan bencana nyata bagi ekonomi Mesir.

Menarik mengungkapkan tulisan Osama Gaweesh, Pemimpin Redaksi Egypt Watch dan presenter TV Al-Hiwar yang dimuat di Arabi21. Menurutnya, selama 10 tahun, narasi utama Al-Sisi adalah Angkatan Darat sebagai penyelamat, pelabuhan yang aman, dan sumber kekuatan ekonomi.

Jika negara mendapat masalah, El-Sisi meminta bantuan Angkatan Darat. Jika susu formula hilang, Angkatan Darat menyediakannya, jika ada kekurangan bahan makanan, Angkatan Darat mengamankan 1 juta karton dalam dua jam, jika negara perlu melaksanakan suatu proyek, tidak ada pihak lain selain Angkatan Darat. “Begitu seterusnya, sampai-sampai orang-orang di Mesir beranggapan bahwa ada sebuah negara yang disebut negara persaudaraan Tentara Mesir,” ungkap Gaweesh.

Kali ini orang Mesir makin mengetahui, melalui IMF, bahwa Angkatan Darat adalah biang keroknya. Orang Mesir bisa membaca laporan Financial Times, Bloomberg, Reuters, dan CNN, karena semuanya menempatkan Angkatan Darat sebagai faktor penyebab utama anjloknya perekonomian. Sektor swasta telah dihancurkan, inflasi meningkat, dolar menghilang, investor melarikan diri dan harga komoditas melonjak.

Mereka pada dasarnya menghancurkan narasi Al-Sisi. Pria itu mulai mengalami dilema yang nyata. Dia sebelumnya mengubah undang-undang dan memberlakukan undang-undang baru yang mengizinkan perwira, komandan, dan teman-temannya yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata untuk memiliki perusahaan, memonopoli sektor, dan mengambil banyak keuntungan. Namun tidak ada yang bisa meminta pertanggungjawaban dari mereka.

Al-Sisi malah memberi mereka kekebalan menyeluruh, membebaskan mereka dari pajak dan melindungi mereka dari tekanan Parlemen dan media. Setelah semua ini, bagaimana dia bisa memberi tahu mereka dan memaksa mereka untuk mengesampingkan semua keuntungan, dana, dan perusahaan ini, dan menjauh dari perekonomian?

Gaweesh menilai, masalah yang dihadapi adalah bahwa rezim Mesir diwajibkan untuk menyerahkan dua laporan rekening dalam satu tahun fiskal kepada IMF tentang prosedur rezim dan keseriusannya untuk memenuhi komitmennya. “Intinya, tidak ada jalan keluar bagi Mesir saat ini kecuali transparansi jika ingin mendapat bantuan IMF,” tambahnya.

Al-Sisi tidak akan bisa meninggikan suaranya atau mengabaikan IMF. Jika tidak, dia tidak akan menerima pembayaran pinjaman baru berikutnya, yang berarti tidak mendapatkan sertifikat kepercayaan IMF. Investor pun bakal melarikan diri lagi.

Al-Sisi juga akan sulit untuk meminta bantuan kepada sekutunya yang tersisa. Para sahabatnya termasuk Arab Saudi telah mengangkat tangan. Ini dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan Saudi, Mohammed Al-Jadaan, dalam pernyataannya di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, ketika dia menunjukkan penghentian dukungan langsung tanpa syarat. Artinya negara tetangga Arab Saudi itu harus mengambil langkah serius menuju reformasi.

Melalui langkah-langkah ekonomi yang gagal, rezim Mesir telah menempatkan dirinya pada tahap tidak bisa lagi mundur ke belakang. Pilihannya adalah mematuhi komitmennya kepada IMF atau menghadapi kemarahan Angkatan Darat atau kemarahan rakyat atas tingginya harga dan energi. Mengabaikan persyaratan IMF, berarti sedikit demi sedikit, mendekati kebangkrutan dan menghadapi nasib seperti Lebanon dan Sri Lanka.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button