Market

Adidas Hingga Nike Berada pada Masa Sulit, Perjualan Produk Anjlok 50 Persen

Perusahaan besar dunia seperti Adidas, Nike hingga Reebok saat ini mengalami masa-masa sulit. Sebab di 2022 ini perusahaan tersebut mengalami penurunan permintaan produk, bahkan kondisi ini menjadi yang terparah dalam 30 tahun terakhir.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan perusahaan Adidas hingga Nike. Dalam pertemuan itu terungkap fakta-fakta soal kondisi terkini perusahaan seperti anjloknya permintaah di 2022.

Eddy menjelaskan, selama 30 tahun beroperasi, perusahaan sekelas Adidas hingga Nike tidak pernah sekalipun mengalami kesulitan. Namun tahun ini perusahaan bermerek dunia ini kesulitan menjual produknya.

“Kecuali tahun ini, dimana stok besar namun enggak terjual. Enggak pernah 1 tahun pun menurunkan order hingga 10 persen. Kalaupun naik 10-20 persen bahkan kadang 30 persen. Tapi di tahun ini, karena stok besar maka diturunkan order 50 persen, ini pertama kali terjadi,” kata Eddy dalam konferensi pers, seperti dikutip Kamis (17/11/2022).

Dia mengatakan perusahaan sekelas Adidas hingga Nike memang tidak memiliki karyawan kontrak. Sebab seluruh karyawannya adalah pekerja tetap karena mengikuti aturan dari perusahaan induk mereka. Sehingga langkah yang mereka lakukan untuk mengatasi masa sulit ini dengan mengurasi jam kerja karyawannya.

“Adidas, Nike, Reebok nggak mengizinkan pabrik untuk mempekerjakan karyawan kontrak. Karena nanti bisa dituntut Nike-Adidas ini jika karyawan nggak tetap,” sebut Eddy.

Kondisi ekonomi saat ini masih belum bisa menganggat daya beli yang berakibat terhadap penjualan perusahaan. Bahkan jika kondisi ekonomi belum berubah, maka jumlah permintaan akan terus turun.

“Semua ekonom menyebut resesi artinya, mereka menyimpan uang untuk kebutuhan pokok, pabrik sepatu orderan bakal lebih jelek,” sebut Eddy.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button