Adu Strategi Pilgub, Perang Bintang hingga Pertarungan Para Srikandi


Genderang perang sudah ditabuh jelang pemilihan gubernur. Pulau Jawa menjadi pusat adu strategi dan menjadi medan pertempuran utama karena menjadi tempat tinggal lebih dari separuh dari 280 juta penduduk negara ini yang akan ikut menentukan nasib kepemimpinan nasional di 2029.

Pada 27 November, warga Indonesia akan menuju kotak suara untuk memilih pemimpin daerahnya masing-masing yaitu 37 gubernur, 93 wali kota, 415 bupati beserta wakilnya. Dari 38 provinsi di Indonesia, satu-satunya yang tidak akan memilih gubernur adalah Yogyakarta, karena merupakan daerah di nusantara yang diperintah oleh seorang sultan.

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan total populasi mencapai sekitar 130 juta jiwa, merupakan provinsi utama yang menjadi perhatian pada Pilkada serentak ini. Dan tentu saja tak kalah penting adalah perebutan penguasaan di wilayah DKI Jakarta.

Di ajang pemilihan kepala daerah kali ini banyak yang dipertaruhkan. Ini mengingat hasilnya dapat membentuk lanskap politik dan menentukan kemajuan negara selama lima tahun ke depan sekaligus menjadi pijakan yang berarti menuju pemilihan presiden dan legislatif di 2029.

“Karena itu, parpol akan berjuang habis-habisan untuk memenangi pemilu serentak ini,” kata analis politik Ujang Komarudin dari Universitas Al Azhar Indonesia, mengutip Channel News Asia (CNA).

Jadi, meskipun disebut pemilihan pemimpin daerah, pada hakikatnya pilkada serentak itu seperti memilih pemimpin nasional. Terutama pada pemilihan gubernur (Pilgub) Pulau Jawa.

Pilkada Jakarta Sedot Perhatian

Sorotan tertuju pada DKI Jakarta di Pilgub kali ini. Jabatan Gubernur Jakarta, yang pernah dijabat oleh Joko Widodo selama dua tahun sebelum ia terpilih sebagai presiden pada tahun 2014, secara luas dianggap sebagai batu loncatan menuju kursi kepresidenan. 

Ridwan Kamil dan pasangannya Suswono dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus, dan dua pasangan lain kini adu strategi untuk mengincar posisi gubernur Jakarta. Partai terbesar di Indonesia, PDI-Perjuangan (PDIP), telah memilih Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan aktor yang beralih menjadi politisi Rano Karno. Sementara itu pasangan lainnya yakni Komjen Pol (Purn) Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto maju sebagai calon independen.

post-cover
Pengundian nomor urut cagub-cawagub Jakarta, di Kantor KPU Provinsi Jakarta, Senin (23/9/2024). (Foto: Inilah.com/Reyhaanah).

Ada yang unik dari strategi mereka. Selain ketiga pasangan itu berusaha menonjolkan siapa yang paling ‘Betawi’ juga tanpa malu-malu berusaha, menyeret-nyeret pendukung Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI sebelumnya yang sejak awal paling unggul dalam survei namun tidak memiliki tiket dari partai untuk maju kontestasi.

Tak heran pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono-Rano sangat berkepentingan untuk mendapatkan dukungan dari pendukung Anies yang dikenal dengan istilah ‘Anak Abah’. Ada pula yang mengklaim telah mendapat dukungan dari relawan ‘Anak Abah’ ini.

Uniknya lagi, setiap pasangan mencoba menarik hati warga Jakarta terutama dari kalangan milenial. Sebanyak 51 persen pemilih di DKI berasal dari kalangan milenial, ada kalangan terdidik, kalangan menengah ke atas, dan warga miskin perkotaan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlahnya mencapai 464.930 orang.

Selain menggarap pasar kalangan muda, mereka juga mencoba meraih suara di kalangan masyarakat kelas menengah atas hingga masyarakat miskin perkotaan. Kedua pasangan Pramono-Rano dan Ridwan-Sarwono menunjuk dua figur yang sudah dikenal warga Jakarta yakni komedian Cak Lontong atau Lies Hartono dan Ahmad Riza Patria yang juga mantan Wagub DKI.

Strategi para pasangan ini akan diadu pada masa kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 yang dimulai pada Rabu (25/9/2024) hingga Sabtu (23/11/2024). Kemudian, berlanjut ke pemungutan suara pada 27 November 2024.

Pilgub Jabar Sarat Strategi 

Pilgub di Jabar diikuti empat pasangan yakni Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, Acep Adang Ruchiat-Gitalis Dwi Natarina, dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja. Hasil sigi dua lembaga survei menunjukkan bahwa calon pasangan gubernur dan wakil gubernur yang diusung KIM, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan unggul dibandingkan tiga paslon lainnya.

Namun harus juga menjadi catatan bahwa ceruk pemilih di Jabar merupakan masyarakat muslim tradisional. Sehingga beberapa wilayah besar dikuasai partai yang memiliki ideologi keislaman kuat. Beberapa wilayah di Jabar juga banyak hadir pesantren, karena mayoritas pendukungnya yakni 97,22 persen memeluk Islam. 

post-cover
Pengundian nomor urut kontestan Pilgub Jabar (Foto: tangkapan layar/Youtube KPU Jabar)

Meski begitu, wilayah Jabar juga terkenal dengan keyakinan Sunda wiwitan. Sebagian kalangan juga menganggap jika Cagub Jabar Dedi Mulyadi juga menganut Sunda wiwitan. Penilaian warga ini muncul  ketika Dedi menjabat sebagai Bupati Purwakarta yang banyak menghias wilayahnya dengan kain hitam dan putih. 

Meski begitu, Dedi menanggapi santai tudingan tersebut karena dirinya memiliki pandangan tersendiri terkait simbol-simbol yang mewarnai Kabupaten Purwakarta. “Di dalam Islam, Ka’bah disimbolkan dengan warna kain penutup hitam dan gamis disimbolkan dengan warna putih,” kata Dedi. 

KIM menunjuk Mayjen TNI (Purn) Dwi Jati Utomo menjadi Ketua Timses pasangan Dedi-Erwan. Dwi Jati akan dibantu oleh sejumlah purnawirawan jenderal lainnya seperti Komjen Pol (Purn) Mochamad Iriawan atau Iwan Bule, eks Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan hingga Brigjen TNI (Purn) Taufik Hidayat. 

Tiga pasangan lainnya tentu harus putar otak ekstra menghadapi koalisi gemuk di Pilgub Jabar ini. Pasangan Syaikhu dan Ilham yang disebut-sebut sebagai kuda hitam, sudah menyiapkan sinergi strategi antarpartai pendukungnya yakni PKS, Nasdem, dan PPP. Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga Wakil Ketua Majelis Syura PKS Ahmad Heryawan (Aher) ditunjuk menjadi ketua tim pemenangannya.

Kedua pasangan ini memadukan konsep antara iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang diharapkan dapat mewujudkan kesuksesan gubernur Jabar terdahulu. Pasangan ini diperkirakan akan memaksimalkan isu agama dan mengangkat kembali keberhasilan Aher ketika memimpin Jabar.

Sementara Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja berharap dapat meraih suara dari para pemilih muda atau Gen Z. “Kami memiliki usia yang lumayan berbeda jauh, Kang Ronal yang bergaya anak muda ini memiliki dasar seniman. Ini menjadi bagian dalam konsep kebijakan sehingga nanti, saya yang fokus menjalin komunikasi politik, Kang Ronal bisa menggaet anak muda. Itu menjadi modal penting,” ujar Jeje, dalam sebuah kesempatan.

Pasangan Acep Adang Ruhiat-Gita KDI tak mau kalah bersaing. Susunan tim pemenangannya kebanyakan diisi oleh pengurus PKB dan kiai NU di Jawa Barat dengan Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda menjadi Ketua tim pemenangannya.

Perang Bintang di Jawa Tengah

Perang Bintang akan terjadi di Jawa Tengah pada Pilgub kali ini. Maklum dua pasangan ini merupakan sosok jenderal di TNI dan Polri. KIM mengusung pasangan Komjen (Pol) Ahmad Luthfi-Taj Yasin sebagai cagub-cawagub. Sementara PDI Perjuangan yang memiliki basis masa kuat di Jateng mengusung mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa sebagai cagub dan cawagubnya, Hendrar Prihad atau Hendi mantan Wali Kota Semarang dua periode. 

post-cover
KPU tetapkan nomor urut dua paslon Pilgub Jateng. Dalam undian yang dilakukan, Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi mendapar nomor satu, sementara Ahmad Luthfi – Taj Yasin mendapat nomor urut 2. (Foto: Inilahjateng/AnggaBadana)

Ahmad Luthfi-Taj Yasin dianggap memiliki pengaruh kuat untuk mengambil alih lumbung suara PDIP di Jateng. Pasangan Luthfi-Taj Yasin didukung gabungan 15 partai. Dalam beberapa survei pasangan ini unggul. Sementara PDIP sendiri tak akan pasrah menyerahkan kandang banteng itu kepada calon gubernur lainnya.

Nuansa ‘perang bintang’ ini diperkuat dengan dilibatkannya sejumlah jenderal purnawiran TNI-Polri dalam Tim Pemenangan pasangan Luthfi-Taj Yasin. KIM menunjuk Asisten Khususnya Kementerian Pertahanan (Kemhan) Letjen TNI (Purn) AM Putranto sebagai Ketua Tim Pemenangannya. Juga bergabung Letjen TNI (Purn) Bibit Waluyo, mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Sutarman, Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman, dan Komjen Pol (Purn) Ari Dono.

Tak mau menyerah, PDIP menempatkan politisi seniornya Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul untuk beradu strategi dengan deretan jenderal utusan sang lawan. Pada pemilu 2024 lalu, PDIP memang gagal mengantarkan calonnya, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, ke istana kepresidenan, namun masih mampu mempertahankan dominasi di pemilihan legislatif. 

Dalam survei terbarunya yang dilakukan pada 1 hingga 6 September 2024, peneliti Kanigoro Network Joko Kanigoro memaparkan elektabilitas Luthfi-Yasin sebesar 45,2 persen, unggul tipis dari Andika-Hendi di angka 37,7 persen. Masih ada 17,1 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.

Masih ada waktu hingga pemungutan suara pada 27 November 2024 untuk membalikkan hasil survei. Lalu mampukah pasangan yang diusung partai banteng ini berjaya di kandangnya sendiri?

Perang Klasik Tiga Srikandi di Jatim 

Di Pilgub Jatim, perang klasik masih akan terjadi. Uniknya, untuk pertama kalinya dalam sejarah Pilkada Indonesia, tiga kandidat perempuan akan bertarung memperebutkan kursi gubernur di provinsi terbesar kedua di Indonesia ini. 

Ada tiga pasangan calon yakni petahana Khofifah Indar Parwansa-Emil Elestianto Dardak, pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dan pasangan Luluk Nur Hamida-Lukmanul Khakim.

post-cover
Pengundian nomor urut Pilgub Jatim 2024. (Foto: Rahardi J Soekarno/beritajatim.com) 

Seperti pada Pilpres dan Pileg, pada Pilgub Jatim juga masih akan memperebutkan massa warga Nahdliyin. Para kontestan Pilgub Jateng ini biasanya tidak terlalu mengandalkan mesin partai namun lebih mengedepankan jaringan sosial kultural Nahdlatul Ulama (NU) dan ketokohan masing-masing calon gubernur.

KIM yang mengusung pasangan Khofifah-Emil tidak mengerahkan jenderal purnawirawan di wilayah tersebut. Pasangan petahana ini yang diusung 15 parpol memilih Boedi Prijo Soeprajitno, anak buah Khofifah-Emil, saat masih menjadi Kepala Bapenda Jatim. Boedi sempat menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jatim Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 lalu. 

Rival Khofifah seperti Risma-Gus Hans dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim memasang tokoh-tokoh dari NU untuk menjadi komandan perang. Risma-Gus Hans menunjuk keluarga Kiai Kholik Bangkalan menjadi Ketua Timsesnya. Sedangkan Luluk-Lukmanul menunjuk mantan aktivis PMII, Fauzan Fuadi sebagai ketua timsesnya. 

Kondisi geo politik yang beda-beda di Jatim membuat Pilgub lebih sulit diprediksi. Pasangan tertentu bisa kuat di Madura tapi belum tentu kuat di Mataraman, wilayah Arek, Pandalungan atau mungkin Pantai Utara. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan strategi politik untuk memenangkan pertarungan ini.

Siapa yang unggul di masing-masing provinsi? Masing-masing kandidat dan koalisinya tentu punya strategi dan beragam cara untuk bisa menarik simpati dan dukungan. Para pensiunan jendral, sosok terkenal, artis, para pemuka agama dan para srikandi harus mengasah kesaktian demi meraih kekuasaan.

Namun apapun strateginya, intrik-intrik politik maupun kekuatan para tokoh tentunya baru bisa dilihat setelah para pemilih memasuki bilik suara dan menentukan siapa jagoannya. Kini nasib kepemimpinan ini benar-benar di tangan Anda para pemilihnya.