Alasan Djokovic Murka! Sebut Jannik Sinner Diistimewakan dalam Kasus Doping


Novak Djokovic tampak kesal betul dengan ketidakadilan dalam sistem anti-doping setelah Jannik Sinner hanya dijatuhi skorsing tiga bulan akibat dua kali gagal dalam tes doping. 

Menurut Djokovic, mayoritas pemain merasa ada “favoritisme” dalam kasus ini, di mana pemain top dengan akses ke pengacara terbaik bisa mendapatkan hukuman yang lebih ringan dibandingkan pemain lain.

Berbicara dalam konferensi pers di Qatar Open, Djokovic menilai bahwa kasus Sinner dan Iga Swiatek menunjukkan adanya ketidakkonsistenan dalam keputusan anti-doping. 

Sementara Sinner dan Swiatek mendapatkan hukuman ringan setelah kasus mereka dianggap sebagai kontaminasi tidak disengaja, pemain lain seperti Simona Halep dan Tara Moore harus berjuang selama bertahun-tahun menghadapi proses panjang dan hukuman lebih berat.

“Sebagian besar pemain yang saya ajak bicara tidak puas dengan cara kasus ini ditangani. Mereka merasa ada favoritisme. Sepertinya jika Anda pemain top dan punya akses ke pengacara terbaik, Anda bisa mempengaruhi hasilnya,” ujar Djokovic.

Sinner menerima larangan bertanding dari 9 Februari hingga 4 Mei, yang berarti ia bisa kembali bermain tepat sebelum Rome Masters dan French Open. Keputusan ini semakin memicu spekulasi bahwa jadwal hukuman telah diatur agar tidak terlalu merugikan karier Sinner.

“Larangan ini berakhir sehari sebelum Rome Masters, yang merupakan turnamen terbesar di negaranya, dan menjadi persiapan ideal untuk French Open. Dia tidak kehilangan poin dan tetap berada di peringkat satu dunia. Ini hukuman yang sangat menarik,” kata Liam Broady kepada BBC Sport.

Mantan petenis peringkat satu dunia Simona Halep, yang awalnya dilarang bertanding selama empat tahun sebelum dikurangi menjadi sembilan bulan, juga mempertanyakan standar ganda dalam kasus doping tenis. Hal yang sama dialami Tara Moore, yang harus menunggu 18 bulan untuk membuktikan bahwa hasil tes positifnya berasal dari daging yang terkontaminasi.

“Sekarang saatnya sistem ini diperbaiki. Jelas sistem anti-doping saat ini tidak bekerja dengan baik,” tambah Djokovic.

Kasus ini semakin mempertegas perdebatan mengenai ketidakadilan dalam aturan anti-doping, dengan banyak pihak menilai bahwa pemain top mendapatkan perlakuan lebih ringan dibandingkan petenis lain yang kurang terkenal.