News

Alasan Efisiensi, PDIP Ingin Pilpres 2024 Hanya 2 Pasangan

PDI Perjuangan (PDI) ingin Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), seperti pilpres pada 2019 dan 2014 yang lalu. Tujuannya, agar pilpres berlangsung satu putaran dan terjadi efisiensi di tengah upaya pemulihan ekonomi serta ketidakpastian global.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menuturkan, pilpres dengan tiga pasangan bakal berujung pada putaran kedua. Pihak yang kalah pada putaran pertama bakal bergabung atau mengalihkan kepada pasangan calon (paslon) lainnya memasuki putaran kedua. Maka dia mengusulkan agar terjadi konsolidasi parpol-parpol untuk membangun kesepahaman di depan agar pilpres bisa digelar satu putaran saja.

Mungkin anda suka

“Ini yang ideal berdasarkan konteks saat ini, meski PDI Perjuangan siap bertanding dengan dua atau tiga paslon. Sekiranya tiga paslon, pada putaran kedua pasti akan terjadi deal-deal politik baru. Jadi kenapa tidak membangun kesepahaman di depan saja,” kata Hasto, usai menjadi pembicara acara diskusi “Menyongsong Pemilu 2024: Kesiapan, Antisipasi dan Proyeksi” yang digelar oleh Kedeputian Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Dalam situasi ekonomi yang sepenuhnya belum pulih, Indonesia dianggap membutuhkan gelaran pilpres yang demokratis, cepat, kredibel, dan berlangsung satu putaran. Hal ini bukan tidak mungkin bisa terjadi asalkan konsolidasi dan kerja sama parpol-parpol sehingga mengarah pada dua paslon.

“Pemulihan ekonomi belum begitu bagus, persoalan geopolitik perang Rusia-Ukraina, dan ketegangan yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan kemudian kemarin krisis di Taiwan, kemudian persoalan di Timur Tengah harus menjadi perhatian kita,” jelas Hasto.

Dia juga menepis asumsi yang menyebutkan pilpres dengan dua paslon bakal mengakibatkan polarisasi di tengah masyarakat atau meningkatnya politik identitas seperti yang terjadi pada 2019 dan 2014 yang lalu. Hasto menganggap asumsi itu keliru. Demokrasi politik Indonesia sekarang ini harus membangun peradaban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan menurunkan kualitas kecerdasan rakyat Indonesia dengan berbagai isu-isu.

Lho, politik Indonesia itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Politik itu membangun peradaban. Jangan dibawa mundur. Mereka yang menggunakan politik identitas dan politik primordial, biasanya miskin kinerja, tidak punya prestasi, maka digunakan cara-cara yang tidak cerdas, tidak bijak, dan tidak membangun peradaban,” tuturnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button