Aliansi Masyarakat Peduli Anak dan Perempuan Kota Semarang menggelar aksi damai sebagai bentuk keprihatinan atas insiden penembakan terhadap seorang siswa SMKN 4 Semarang yang diduga dilakukan oleh oknum Kopolisian.
Aksi tersebut dilakukan dengan cara meletakan sejumlah karangan bunga dan ucapan berisi keprihatinan atas meninggalnya siswa SMK kelas XI dengan jurusan teknis mesin berinisial GRO (17).
Koordinator aksi, Ani Kusrini menyampaikan aksi tersebut dilakukan secara tenang untuk menghormati masa tenang pemilu, namun tetap menyoroti persoalan serius terkait perlindungan anak.
“Kami tidak melakukan orasi karena ini bukan demo. Tapi kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi di Kota Semarang. Itu kan anak-anak ya, tindakannya nggak perlu brutal sampai penembakan yang menyebabkan korban jiwa. Itu anak SMK loh, masih di bawah umur, belum dewasa,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam kasus tawuran yang melibatkan anak-anak, pendekatan pendidikan dan pengarahan seharusnya menjadi prioritas, bukan tindakan represif yang berujung kematian.
Ia menilai penembakan tersebut sebagai tindakan membabi buta yang mencerminkan kegagalan aparat dalam menangani persoalan anak dan remaja.
“Kita mendorong kepolisian untuk mengusut tuntas oknum pelaku penembakan. Kedua, polisi harus menaati undang-undang perlindungan anak dan memastikan kasus seperti ini tidak terulang lagi,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap pola penanganan tawuran, mengingat tindakan represif yang melanggar hak anak hanya akan memperburuk situasi.
Aliansi juga menuntut agar aparat lebih profesional dalam menjalankan tugas, terutama dalam kasus yang melibatkan anak-anak di bawah umur.
“Kalau aksi ini tidak ditanggapi, kami akan melakukan aksi lagi. Tentunya karena kami menghormati masa tenang, maka kami melakukan aksi ini dengan tenang. Tapi kalau tidak ada respon, kami siap melakukan aksi yang lebih besar lagi,” tandasnya.