News

Ambisi MbS untuk Menjadi Raja Saudi Buat Pangeran Nayef Menderita

ambisi-mbs-untuk-menjadi-raja-saudi-buat-pangeran-nayef-menderita

Lengsernya Mohammed bin Nayef dari kursi Putra Mahkota Arab Saudi sempat menjadi sorotan dunia karena proses yang tak lazim. Kabar yang merebak, Pangeran Nayef sengaja diminta mundur sebagai Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi oleh anak Raja Salman yakni Mohammed bin Salman atau MbS.

Setelah lengser dari kursi Putra Mahkota Saudi di 2017, publik khususnya rakyat Saudi tidak mengetahui lagi keberadaan salah satu pewaris takhta kerajaan tersebut.

Fakta di lapangan menyebut sosok Nayef tidak pernah lagi terlihat publik setelah kudeta itu terjadi. Dari laporan informasi intelijen AS menyebutkan jika Pangeran Nayef masih dalam penahanan usai lengser sebagai putra mahkota. Pemerintah Arab Saudi lewat kepemimpinan MbS menahan Nayef dengan status tahanan rumah hingga 2020.

Awalnya Pangeran Nayef sempat menjalani penahanan di sebuah sel isolasi dengan sejumlah “penyiksaan”. Bahkan berdasarkan pengakuan dari orang yang mendapatkan pengarahan dari pemerintah, Nayef sempat digantung secara terbalik dengan mengikat pergelangan kedua kakinya. Penjaga sel juga melarangnya untuk tidur di ranjang dalam sel isolasi tersebut.

Akibat menjalani hukuman tersebut, Pangeran Nayef mengalami luka serius di pergelangan kakinya. Bahkan ada laporan yang menyebut sang pangeran itu sempat tak bisa berjalan saat di dalam sel tahanan karena petugas tidak memperkenannya menggunakan tongkat.

Kuasa hukum Pangeran Mohammed bin Nayef juga sudah mengajukan permintaan keringanan dengan dasar kondisi kesehatan pada 2020. Namun otoritas Saudi tidak memberikan izin kepada dokter dan keluarga untuk mengunjunginya saat menjalani masa penahanan.

Pangeran Nayef Menjalani Hukuman dari Otoritas Arab Saudi

Setahun berselang, tepatnya 2021, otoritas Saudi memindahkan Nayef ke sebuah vila yang ada dalam kompleks di sekitar Istana Raja Al-Yamamah di Riyadh. Di vila tersebut, otoritas Saudi tetap tidak memberikan kelonggaran kepadanya. Bahkan Villa tersebut menjadi sebuah penjara baru bagi sang mantan Putra Mahkota karena akses seperti perangkat elektronik yang terbatas. Pihak keluarga Nayef juga tidak otoritas izinkan untuk berkunjung.

Namun serangkaian penahan dari pihak otoritas itu tidak berujung kepada tuntutan resmi terhadap Mohammed bin Nayef. Sehingga status panahannya semakin tidak jelas.

Banyak ahli berspekulasi jika penahanan Pangeran Nayef ini memang sengaja dilakukan oleh MbS. Sebab dia khawatir jika Nayef akan menghalanginya untuk menjadi pewaris kursi kerajaan setelah Raja Salman.

Mohammed bin Nayef sebelumnya naik menjadi Putra Mahkota pada 2015 lalu. Saat itu Raja Salman yang menunjuk langsung Nayef untuk mengisi jabatan paling strategis di Kerajaan Arab Saudi. Namun setelah itu keberadaan Nayef sempat menghilang dan akhirnya pada 2017 kemarin dia resmi menyatakan mundur dari posisi itu.

Selanjutnya posisi Putra Mahkota jatuh ke tangan anak Raja Salman yakni Mohammed bin Salman (MbS) yang sebelumnya menjadi wakilnya Nayef. Banyak spekulasi yang berkembang terkait mundurnya Nayef. Bahkan belakangan ini berkembang kuat jika saat telah terjadi kudeta di internal kerajaan. Motor yang mengendalikan kudeta itu tak lain adalah MbS yang saat itu menjabat sebagai Wakil Putra Mahkota.

MbS pun secara efektif memegang gelar putra mahkota Saudi di usia 31 tahun. Raja Salman memang tetap menjadi kepala negara Saudi, namun MbS menjadi penguasa yang menjalankan roda pemerintahan sehari-hari dengan kendali mutlak

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button