Berdasarkan data yang Kemendibudristek menemukan 24,4 persen siswa atau peserta didik yang berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah.
Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta Cornelia Agatha, S.H., M.H., menjelaskan, komitmen untuk menangani kasus perundungan di sekolah bisa dengan pendekatan langsung dan penuh empati.
Karena itu, lewat karya seni, anak-anak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan di dalam diri terlebih jika mengalami perundungan.
“Saya percaya bahwa seni dan kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar untuk perubahan,” kata Cornelia Agatha saat ditemui di acara Road To Kids Biennale Indonesia (KBI), Jakarta, Senin (28/07/2024).
Dia pun menjelaskan dengan gamblang pengalamannya dalam mengatasi masalah perundungan anak di sekolah. Menurutnya, yang paling sulit adalah menghilangkan trauma di dalam hati anak-anak.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan salah satunya melalui karya seni.
Pemain film Si Doel Anak Sekolahan itu menjelaskan, anak-anak perlu memiliki wadah untuk menuangkan kreativitasnya dalam mengekpresikan diri.
Salah satu wadah pemerhati anak yaitu Kids Biennale Indonesia terus berupaya untuk mewadahi hasil karya anak-anak khususnya korban perundungan.
Karena itu Cornelia Agatha sangat berharap melalui Kids Biennale Indonesia dapat menjadi platform untuk perubahan bersama.
“Menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk menemukan suara mereka, mengekspresikan diri dengan bebas, dan tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, dan berempati penuh cinta kasih,” tambahnya.
Perlu diketahui, Kids Biennale Indonesia bergerak untuk mengajak anak dan remaja berkebutuhan khusus, neurodivergent dan difabel untuk berpartisipasi dalam advokasi, mengkritisi, dan menjadi agen perubahan melalui karya lukis, video, dan game.
Sebagian dari peserta merupakan penyintas perundungan (bullying) dan intolerance.
“Seni adalah jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan berbeda. Melalui seni, mereka belajar menghargai keindahan, memahami emosi,mengembangkan empati, dan menjadi agen perubahan. Seni adalah investasi untuk masa depan Indonesia yang lebih kreatif, inklusif, dan berbudaya,” kata Ketua Yayasan Kids Biennale dan Kurator, Gie Sanjaya.
Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ir. FB. Didiek Santosa mengatakan seni dan budaya adalah alat ampuh untuk perlindungan anak di Indonesia.
“Melalui ekspresi kreatif, mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, dan membangun masa depan yang lebih cerah,” katanya.