News

Ancaman Bermacam Krisis, Lemhanas: Masalah Terbesar Kita Tidak Sadar

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengingatkan masyarakat Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman krisis, termasuk krisis pangan. Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menekankan pentingnya kesadaran seluruh pihak akan terjadinya krisis.

Andi mengatakan, Indonesia sekarang belum menuju krisis pangan, namun kuadrannya bukan kuadran yang ideal dari skenario yang ada. “Kalau kita belajar tentang pengelolaan krisis yang pertama, masalah terbesar pada saat kita bersiap menghadapi krisis adalah kita tidak sadar kita menuju krisis masalah terbesar pada saat kita pengelolaan krisis. Kita tidak sadar kita sedang krisis,” kata Andi dalam diskusi “Perkembangan Ekonomi, Pangan, dan Geopolitik Dunia” di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Berikutnya Andi menyebutkan arahan Presiden Joko Widodo sudah jelas bahwa seluruh pemangku kepentingan harus dapat meningkatkan rasa krisis, sehingga diharapkan bangsa Indonesia akan lebih siap menghadapi krisis apa pun.

Sense of crisis-nya tingkatkan, sehingga kita memiliki sensitivitas-sensitivitas ketika indikator-indikator yang ada bergerak ke arah sana, pada saat kita bergerak ke arah krisis. Nahtone-nya itu sudah tone survival,” ungkap Andi.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengatakan sudah bisa terlihat bahwa perjalanan sejarah menunjukkan 70 tahun lalu, saat peletakan batu pertama pendirian fakultas pertanian yang kini menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB), Presiden pertama RI Soekarno mengingatkan bahwa persoalan pangan adalah tentang hidup dan matinya suatu bangsa.

Menurut Lestari, kondisi itu menuntut semua pihak untuk tidak sekadar berbicara mewujudkan tantangan, tetapi penting mewujudkan kedaulatan pangan yang tercermin dari ketersediaan bahan pangan yang cukup.

“Bicara ketahanan pangan, banyak sekali masalah yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu sama lain,” ujar Lestari.

Terkait persoalan tersebut, sambung dia,  juga berbicara mengenai lahan pertanian produktif yang terus menyusut, berkurangnya jumlah tanah persawahan, alih fungsinya tanah persawahan, dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu menjadi perhatian semuanya.

Lestari menuturkan bahwa dalam situasi geopolitik dunia isu ketahanan pangan tentu menjadi bagian tak terpisahkan. Dalam konteks konflik Rusia dan Ukraina, dia mengingatkan komitmen dan prinsip non-blok Indonesia dalam upaya mengakhiri perang tersebut demi kemanusiaan.

“Apalagi saat ini kita juga masih bergantung dari beberapa komoditas yang berasal dari negara-negara tersebut,” sambung dia.

Pihaknya berharap diskusi terfokus tersebut dapat menghasilkan pendasaran ilmiah dan faktual terkait perkembangan terkini yang bersumber dari semua permasalahan yang sedang dihadapi.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bangsa Indonesia harus membangun sebuah strategi baru untuk menghadapi berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Menurutnya, yang terpenting Indonesia perlu terus mempertahankan dan meningkatkan produktivitas.

“Kita pertahankan dengan produktivitas yang ada sekarang dengan berbagai koreksi penting menjadi catatan. Kemudian, kita coba membangun strategi baru untuk menghadapi climate change yang ada dan memang krisis pangan yang bisa saja kita hadapi,” tutur Syahrul.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Anton Hartono

Jurnalis yang terus belajar, pesepakbola yang suka memberi umpan, dan pecinta alam yang berusaha alim.
Back to top button