Angka Kelahiran Turun, Sekolah-sekolah di Jepang Bertumbangan


Angka kelahiran di Jepang alami kemerosotan. Laporan Survei Populasi (Population Survey Report) pada 30 Agustus 2024, menyebut jumlah kelahiran di Jepang telah menurun sebesar 5,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Laporan lain menyebut, jumlah sekolah di Jepang mulai dari tingkat dasar hingga menengah mencapai lebih dari 20.000 institusi. Keberadaan sekolah ini, terutama di wilayah pedesaan mulai ditutup dan beralih fungsi.

Salah satu contong seperti di wilayah Jepang, Takigahara, sekolah ditutup karena kekurangan siswa. Bahkan ini telah terjadi lebih dari satu dekade lalu karena jumlah anak yang tersedia tidak mencukupi.

Bukan cuma sekolah di level dasar dan menengah, di tingkat universitas pun mulai ketar-ketir. Satuan tugas dari Dewan Pusat Pendidikan, sebuah badan penasihat tetap Kementerian Pendidikan Jepang, memperkirakan bahwa jumlah anak berusia 18 tahun di Jepang akan turun menjadi sekitar 820.000 pada 2040.

Diprediksi, jumlah mahasiswa baru pada usia tersebut diperkirakan akan menurun menjadi 510.000 orang tahun 2040, turun dari tahun 2023 sebanyak 630.000.

Badan tersebut juga melaporkan bahwa 53 persen universitas swasta sudah kesulitan dengan jumlah pendaftar yang tidak memadai, terutama di wilayah pedesaan.

“Jika situasi ini tidak ditangani, beberapa wilayah mungkin tidak memiliki universitas,” kata pejabat Kementerian Pendidikan Jepang, dalam laporan Japan Times, yang dikutip dari Newsweek, Selasa (17/9/2024).

Pemerintah tengah mencoba berbagai langkah untuk mengatasi masalah menurunnya demografi. Beberapa di antaranya yakni memperluas fasilitas penitipan anak, menawarkan subsidi perumahan, dan bahkan meluncurkan aplikasi kencan yang dikelola pemerintah untuk mendorong pernikahan dan melahirkan anak.

“Penurunan angka kelahiran berada dalam situasi kritis. Enam tahun ke depan hingga tahun 2030, ketika jumlah generasi muda akan menurun dengan cepat, akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan tren tersebut,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi.