Penerapan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) oleh Muhammadiyah telah memicu diskusi di kalangan umat Islam, terutama terkait prinsip ilmiah dan praktik rukyat dalam penentuan awal bulan Hijriah. Kritik utama yang muncul berkisar pada kekhawatiran bahwa KHGT dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam melihat hilal, yang merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Menurut kritik yang ada, KHGT dapat menyebabkan suatu wilayah memasuki bulan baru meskipun hilal belum terlihat secara fisik di wilayah tersebut, atau sebaliknya, memaksa wilayah lain menunda masuk bulan baru meskipun hilal telah terlihat sehari sebelumnya. Ini bertentangan dengan prinsip liru’yatihi atau melihat hilal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Menanggapi hal ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, menegaskan bahwa KHGT dirancang dengan memenuhi dua syarat fundamental.
“Pertama, tidak boleh menunda suatu wilayah memasuki bulan baru jika sudah memenuhi syarat imkanu rukyat (5-8) di mana pun di permukaan bumi. Kedua, tidak boleh memaksa suatu wilayah memasuki bulan baru jika belum terjadi konjungsi,” ujar Syamsul dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Sabtu (13/7/2024)
Guru besar hukum Islam IAIN Sunan Kalijaga tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa KHGT tidak mengizinkan wilayah di ujung barat seperti Amerika Serikat menunda masuk bulan baru sementara hilal sudah terlihat di ufuk mereka.
Demikian pula, wilayah di ujung timur seperti Selandia Baru tidak dipaksa memasuki bulan baru jika konjungsi belum terjadi.
Salah satu prinsip penting dalam KHGT adalah “transfer imkan rukyat”, yang memungkinkan pengalihan hasil rukyat dari satu wilayah ke wilayah lain yang belum mengalami rukyat atau imkan rukyat.
“Transfer imkan rukyat ini sebenarnya sudah lama digunakan di Indonesia, dan telah terbukti efektif dalam menjaga keseragaman penentuan awal bulan Hijriah,” tambah Syamsul.
Muhammadiyah menerima kritik dengan sikap terbuka dan mengajak para kritikus untuk lebih mendalami konsepsi KHGT yang telah disebarkan melalui berbagai media.
“Dengan pemahaman yang komprehensif, kritik yang disampaikan akan lebih konstruktif dan berdasar,” pungkas Syamsul.
Muhammadiyah telah menerapkan KHGT untuk menggantikan kriteria wujudul hilal dalam menentukan awal bulan Hijriah di penanggalan Islam.
KHGT ini diluncurkan Muhammadiyah bertepatan dengan momen 1 Muharram 1446 Hijriah beberapa hari lalu.
Konsep KHGT ini digunakan Muhammadiyah dengan mengadopsi ‘Kriteria Turki 2016’ atau hasil forum Muktamar Kalender Islam Global yang digelar di Turki pada tahun 2016.