Arena

Aplikasi UGM Ini Bantu Atlet Terhindar dari Risiko Doping


Pusat Kedokteran Herbal Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil langkah inovatif dengan mengembangkan aplikasi skrining doping. Aplikasi ini dirancang untuk membantu atlet mengidentifikasi produk obat atau suplemen yang mengandung senyawa doping.

Peneliti dari UGM, Arko Jatmiko Wicaksono, menyatakan bahwa aplikasi ini dibuat untuk menghindarkan atlet dari risiko tidak sengaja mengonsumsi produk yang mengandung doping. 

“Kami ingin para atlet dapat terhindar dari ketidaksengajaan mengonsumsi doping,” ujar Arko seperti dikutip dari Antara, Jumat (/2/2024).

Lebih dari 2.500 produk obat dan suplemen kesehatan yang teregistrasi oleh BPOM telah teridentifikasi mengandung senyawa doping. Selain itu, masih banyak suplemen yang tidak teregistrasi BPOM dan mudah ditemukan di pasaran, terutama melalui toko daring.

Doping, yang merupakan obat perangsang untuk meningkatkan performa, dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti obat, suplemen, dan hormon. Penggunaan doping telah menyebabkan banyak atlet kehilangan gelar juara mereka karena terbukti mengonsumsi zat terlarang tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, Arko bersama timnya melakukan pemetaan produk obat dan suplemen yang mengandung senyawa doping. Hasil pemetaan tersebut kemudian diubah menjadi katalog pencarian online yang dapat diakses melalui website.

Pengembangan aplikasi Skrining Doping ini dilakukan bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KONI DIY) dan didukung oleh mahasiswa dari Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) serta Lembaga Indonesian Anti-Doping Organization (IADO) yang berada di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi alat bantu bagi atlet, pelatih, tim medis, dokter, apoteker, dan perawat dalam mengambil keputusan terkait keamanan konsumsi obat atau suplemen kesehatan bagi atlet. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan dapat mengurangi risiko atlet terkena sanksi akibat penggunaan doping.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button