AS Dakwa Pemimpin Hamas atas Serangan 7 Oktober ke Israel


Amerika Serikat mengumumkan tuntutan pidana pada hari Selasa (3/9/2024) terhadap para pemimpin tinggi Hamas atas peran mereka dalam merencanakan, mendukung dan melakukan serangan mematikan pada 7 Oktober di Israel selatan.

Yahya Sinwar, kepala kelompok militan, dan sedikitnya lima orang lainnya dituduh telah mendalangi serangan 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang, termasuk lebih dari 40 warga Amerika. Serangan itu memicu aksi balasan Israel dengan melakukan perang terhadap Gaza sehingga menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah.

“Sebagaimana diuraikan dalam pengaduan kami, para terdakwa tersebut – yang dipersenjatai, dukungan politik, dan pendanaan dari pemerintah Iran, serta dukungan dari (Hizbullah) – telah memimpin upaya Hamas untuk menghancurkan Israel dan membunuh warga sipil untuk mendukung tujuan tersebut,” kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan.

Pengaduan tersebut mencantumkan nama enam terdakwa, tiga di antaranya telah meninggal. Para terdakwa yang masih hidup adalah Sinwar, yang diyakini bersembunyi di Gaza; Khaled Meshaal, yang berkantor di Doha dan mengepalai kantor diaspora kelompok tersebut; dan Ali Baraka, seorang pejabat senior Hamas yang berkantor di Lebanon.

Para terdakwa yang tewas adalah mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang menurut kelompok itu dibunuh pada bulan Juli di Teheran; kepala sayap militer Mohammed Deif, yang menurut Israel tewas dalam serangan udara pada bulan Juli; dan Marwan Issa, wakil komandan militer yang menurut Israel tewas dalam serangan pada bulan Maret.

Iran menyalahkan Israel atas kematian Haniyeh. Pejabat Israel belum mengaku bertanggung jawab. 

Jaksa AS mengajukan tuntutan terhadap keenam pria tersebut pada bulan Februari, tetapi merahasiakan pengaduan tersebut dengan harapan dapat menangkap Haniyeh, menurut seorang pejabat Departemen Kehakiman. Departemen Kehakiman memutuskan untuk mempublikasikan tuduhan tersebut setelah kematian Haniyeh.

Merugikan Perundingan Gencatan Senjata 

Rami Khouri, seorang peneliti terkemuka di Universitas Amerika di Beirut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa keputusan AS untuk mendakwa para pemimpin Hamas merugikan perannya sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung.

“Amerika Serikat telah mendukung Israel secara besar-besaran, antusias, dan penuh semangat dalam tindakannya saat ini di Gaza. Dan telah lama menentang kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, dengan menyebut mereka sebagai kelompok teroris,” kata Khouri kepada Al Jazeera dari kota Boston, AS.

Langkah untuk mendakwa kelompok Palestina tersebut juga menunjukkan “Amerika Serikat sangat ingin meminta pertanggungjawaban Hamas atas tindakannya tetapi tidak memiliki keinginan yang sama untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas tindakannya,” kata Khouri.

“Oleh karena itu, di mata sebagian besar dunia, Amerika Serikat bukanlah perantara yang jujur, tetapi terlibat dalam genosida Israel” di Gaza, tambahnya.