Pemerintahan Presiden Joe Biden terus memberikan dukungan kuat untuk sekutu utamanya Israel di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran. Pentagon mengumumkan bahwa Amerika Serikat mengirimkan sistem antirudal canggih ke Israel.
Departemen Pertahanan AS mengungkapkan Minggu (13/11/2024) bahwa Kepala Pentagon Lloyd Austin telah mengizinkan pengerahan baterai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan personel militer AS ke Israel untuk membantu meningkatkan pertahanan udara negara itu.
“Baterai THAAD akan memperkuat sistem pertahanan udara terpadu Israel. Tindakan ini menggarisbawahi komitmen kuat Amerika Serikat untuk membela Israel, dan untuk membela warga Amerika di Israel, dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman itu muncul kurang dari dua minggu setelah Iran menembakkan serangkaian rudal ke Israel pada 1 Oktober sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah serta seorang jenderal Iran.
Para pemimpin Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah bersumpah untuk melakukan pembalasan — yang memicu kekhawatiran bahwa Timur Tengah dapat terseret ke dalam perang regional habis-habisan.
Awal bulan ini, Biden menyarankan agar Israel menahan diri untuk tidak menyerang fasilitas nuklir atau ladang minyak Iran, tetapi pemerintah Israel telah berulang kali menentang peringatan publik presiden AS sebelumnya.
Tidak jelas kapan tepatnya sistem THAAD AS akan dikerahkan ke Israel. Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada CBS News bahwa “sekitar 100 tentara” akan dikirim ke negara itu.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan bahwa Washington membahayakan nyawa pasukannya dengan mengerahkan mereka untuk mengoperasikan sistem rudal AS di Israel.
“Meskipun kami telah melakukan upaya luar biasa dalam beberapa hari terakhir untuk menahan perang habis-habisan di wilayah kami, saya katakan dengan jelas bahwa kami tidak memiliki garis merah dalam membela rakyat dan kepentingan kami,” tulis Araghchi di media sosial.
Sementara AS mengatakan pihaknya mendukung diplomasi dan de-eskalasi di kawasan, para kritikus telah mencatat bahwa Washington menawarkan dukungan militer dan diplomatik yang teguh kepada Israel.
AS memberi Israel sedikitnya $3,8 miliar bantuan militer setiap tahunnya. Pemerintahan Biden telah mengesahkan $14 miliar bantuan lebih lanjut kepada sekutunya sejak militer Israel memulai perang di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Israel juga baru-baru ini memperluas kampanye pengebomannya di Lebanon, setelah saling tembak dengan kelompok Lebanon, Hizbullah, di perbatasan selama berbulan-bulan.
Namun, meskipun ada kekhawatiran yang berkembang atas meluasnya perang, pemerintahan Biden telah menolak seruan untuk menangguhkan transfer senjata ke Israel guna menekan negara itu agar mengakhiri perang di Gaza dan Lebanon.
Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, mengatakan tidak ada keraguan bahwa pengumuman sistem THAAD Washington akan semakin meningkatkan ketegangan regional. “Saya tidak yakin apakah Presiden Biden hanya berpura-pura akan terjadinya perang regional lainnya … atau [apakah] dia sudah siap menghadapi kemungkinan peningkatan perang,” kata Bishara.
Mike Hanna dari Al Jazeera melaporkan dari Washington, DC, Israel sudah menggunakan tiga sistem pertahanan rudal terpadu untuk mencegat roket dan rudal yang ditembakkan ke negara itu. Namun sistem THAAD yang akan dikerahkan AS ke Israel memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan sistem lainnya dan menandai sebuah langkah maju.
“Hal yang penting juga adalah bahwa sistem [THAAD] sangat kompleks sehingga memerlukan 94 awak untuk mengoperasikannya — 94 awak terlatih — dan mereka adalah tentara AS,” kata Hanna. “Ini adalah sebuah sistem yang sedang diterapkan dan merupakan peningkatan signifikan dari dukungan AS terhadap Israel di tengah krisis ini yang terus berlanjut.”
Berbicara kepada Al Jazeera, analis militer Elijah Magnier mengatakan ia yakin dengan pengumuman sistem THAAD berarti serangan Israel terhadap Iran tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Ini karena Israel ingin sistem pertahanan rudal sudah ada sebelum serangan apa pun, yang kemungkinan akan diikuti oleh serangan Iran lainnya terhadap Israel.